Meski Lambat, Skyraider Mampu Merontokkan Mig-17

Masuk dalam pelayanan tepat pada waktunya untuk mengambil bagian dalam Perang Korea, Skyraider adalah versi perbaikan A-1H yang cukup lambat.

Namun terlepas dari kinerja yang jelas  tidak sebanding dengan pesawat tempur kala itu, pesawat baling-baling ini berhasil menembak jatuh dua MiG-17 dalam awal Perang Vietnam.

Bahkan mesin pembunuh yang lebih canggih seperti F-4, F-105, atau F-8 pun sulit melakukan. Semua berkat empat meriam M3 20 mm yang dibawa pesawat ini dan mampu menembak 800 putaran per menit.

Kemenangan pertama dalam pertempuran diraih pesawat ini pada 20 Juni 1965, ketika sebuah Skyraiders dari Strike Skuadron 25 (VA-25) Fist of Fleet, lepas landas dari USS Midway (CVA-41) mendukung penyelamatan pilot USAF yang jatuh di sudut barat laut Vietnam Utara karena diserang MiG-17.

Dalam misi itu muncul dua MiG-17 yang langsung meluncurkan rudal dan menembak dengan meriam mereka pada dua A-1H Skyraider. Namun kedua pilot Skyraider, Letnan Charles W. Hartman III, yang terbang dengan A-1H nomor 137.523, callsign radio “Canasta 573,” dan Letnan Clinton B. Johnson, terbang A-1H 139.768, callsign “Canasta 577,” berhasil menghindar sebelum kemudian melakukan manuver untuk berada di posisi menembak.

Berondongan meriam mereka merontokkan salah satu dari MiG-17 yang di Perang Vietnam menjadi pesawat paling menakutkan. Keterangan itu disampaikan Letnan Johnson dalam buku yang ditulis Donald J. McCarthy, Jr. berjudul “MiG Killers A Chronology of U.S. Air Victories in Vietnam 1965-1973”

Membunuh MiG berikutnya dilakukan oleh Hartmann III dan Johnson di Vietnam Utara, pada 9 Oktober 1966 dan melibatkan empat A-1H yang diluncurkan dari dek USS Intrepid (CV-11) di Teluk Tonkin.

Penerbangan itu dari Strike Skuadron 176 (VA-176) Thunderbolt dan dipimpin oleh Letnan Cdr. Leo Cook, dengan Letnan Wiley sebagai wingman, sedangkan bagian kedua dipimpin oleh Letnan Peter Russell dengan Letnan William T. Patton sebagai wingman.

Mereka dicegat dan diserang oleh empat MiG-17. Dalam pertempuran itu satu dipastika jatuh sementara dua lainnya diperkirakan ditembak jatuh tetapi tidak ada bukti dan s atu rusak berat.

Skyraider Angkatan Laut AS melakukan tur tempur terakhir terjadi dari bulan Juli 1967-1968 dari atas kapal USS Coral Sea (CV-43), tetapi pesawat ini baling-baling serbaguna terus terbang dengan Angkatan Udara Amerika Serikat dan dengan Angkatan Udara Vietnam sampai akhir konflik berkat kemampuan yang tak tertandingi dalam dukungan udara dekat.

Douglas Skyraider telah menjadi pesawat dengan mesin piston terakhir di dunia yang berhasil menjatuhkan jet tempur.

Keunikan pesawat ini  adalah bahkan ketika dia sudah membawa bahan bakar internal penuh seberat 2.280 pon, torpedo 2.200-lb, dua bom 2.000-lb, roket 12,5 inci, dua senjata 20 mm dan amunisi 240 pon, berat total Skyraider masih di bawah berat maksimumnya yakni 25.000 pon.