Pesawat Radar A-100 Rusia Terganjal Sanksi

 

Sanksi Barat yang dikenakan pada Rusia telah mengakibatkan penundaan program pengembangan pesawat peringatan dini dan kontrol generasi berikutnya yang dikenal sebagai A-100 Premier.

Sebuah artikel baru-baru ini di surat kabar militer dan pertahanan Rusia Voyenno-Promyshlenny Kuryer menyebut penundaan karena sejumlah perangkat elektronik penting yang harus diimpor telah diblokir. Pemblokiran sebagai akibat dari sanksi yang dijatuhkan ke Rusia dalam beberapa tahun terakhir oleh Uni Eropa dan Amerika Serikat.

Mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya di Kementerian Pertahanan Rusia media tersebut melaporkan komponen elektronik  yang diblokir termasuk microchip.  Pada saat yang sama, upaya Rusia untuk memproduksi pengganti microchip sendiri mengalami masalah.

Media itu menggambarkan apa yang disebutnya “kesalahan strategis” dalam pengembangan A-100. Pesawat mulai dikembangkan sebelum sanksi dijatuhkan pada Rusia sebagai tanggapan krisis Krimea pada tahun 2014. Tindakan sanksi lebih lanjut diperkenalkan setelah keracunan yang dialami mantan mata-mata Rusia Sergei Skripal di Inggris pada 2018. Juga adanya tuduhan campur tangan Rusia dalam pemilihan Amerika tahun 2016.

Karena program A-100 dimulai pada periode sebelum sanksi ini, faktor keamanan tidak berperan dalam pengadaan setidaknya beberapa komponen asing.

Premier adalah pengembangan bersama yang melibatkan berbagai kontraktor pertahanan dan kedirgantaraan Rusia. Aviastar-SP menyediakan pesawat angkut Il-76MD-90A, versi yang jauh lebih modern dari Il-76 Candid, yang berfungsi sebagai platform. Sementara Beriev bertanggung jawab untuk mengintegrasikan radar dan avionik ke dalam badan pesawat. Selain itu ada produsen elektronik militer Vega yang memproduksi sistem misi Premier.

Laporan tersebut berpendapat kesalahan atas keterlambatan A-100 tidak bisa ditempatkan secara eksklusif pada Aviastar-SP dan Beriev. Mereka yang telah menghasilkan prototipe dengan sistem misi terpasang dan telah menjalani pengujian sejak penerbangan pertamanya pada November 2017.

Namun demikian, program uji coba juga mengalami penundaan. Media itu menggambarkan situasi ini sebagai upaya panjang dan menyakitkan untuk membawa A-100 ke tingkat yang sesuai dengan persyaratan taktis dan teknis.

Aviastar-SP juga harus berjuang untuk memenuhi kewajiban kontraktualnya guna membangun Il-76MD-90A. Mereka sejauh ini baru menyelesaikan delapan dari 39 pesawat yang dijadwalkan akan dibangun pada akhir dekade ini. Ketersediaan badan pesawat inijuga dapat mempengaruhi garis waktu untuk A-100.

Pada akhirnya, ketergantungan berat program A-100 pada komponen elektronik Barat mencerminkan Rusia masih terus tertinggal di bidang ini. Voyenno-Promyshlenny Kuryer menyatakan bahwa Rusia setidaknya 10 tahun di belakang Barat dalam hal teknologi semacam ini.

Ini, setidaknya sebagian, juga merupakan dampak dari Perang Dingin ketika langkah-langkah ekonomi Barat memblokir penjualan barang-barang berteknologi tinggi ke Uni Soviet.

Tidak jelas apa dampaknya bagi produsen yang terlibat dalam program A-100 meskipun Kementerian Pertahanan Rusia dikatakan kecewa.  Premier telah melewatkan tenggat waktu yang ditentukan dalam kontrak yang disepakati sebelumnya.

Angkatan Udara Rusia masih mengandalkan armada pesawat A-50  Mainstays  yang pertama kali beroperasi pada tahun 1984. Dalam upaya untuk menjaga agar pesawat tetap up to date, pesawat sedang menjalani upgrade paruh baya ke standar A-50U.   Pesawat ketujuh yang menjalani upgrade dilaporkan dikirim ke Angkatan Udara Rusia Desember 2021 lalu.

A-50U menampilkan sistem komputasi baru dengan pemrosesan sinyal digital yang dikatakan jauh lebih andal daripada peralatan analog sebelumnya. Laporan menunjukkan A-50U dapat melacak hingga 150 target pada jarak lebih dari 370 mil, dibandingkan dengan 45 target pada 140 mil untuk A-50 asli.  Meski perlu dicatat bahwa jangkauan radar sangat bervariasi tergantung pada ketinggian operasi, medan, dan jenis target.

A-50U juga dikatakan lebih mampu mendeteksi dan melacak target yang terbang cepat serta helikopter. Bahkan ketika menghadapi sistem peperangan elektronik musuh.

A-50 juga menawarkan kemampuan lookdown yang penting yang berarti dapat melihat pesawat terbang rendah dan rudal di medan yang kompleks. Ini menjadikannya sebagai pengisi celah yang penting di area yang tidak perlu dicakup oleh radar berbasis darat.

Dalam salah satu contoh, pada tahun 2015, A-50 mengarahkan empat pencegat MiG-31 Foxhound yang berhasil merobohkan rudal jelajah Kh-55 selama pengujian. Kemampuan ini diharapkan akan lebih ditingkatkan di A-100.

Dengan hanya sekitar 10 A-50 dan A-50U dalam layanan Angkatan Udara Rusia pesawat ini sangat sibuk. Pesawat sangat diminati termasuk oleh detasemen di Pangkalan Udara Khmeimim di Suriah. Pesawat secara teratur juga digunakan untuk mendukung misi patroli jarak jauh oleh pembom strategis dan pencegat.

Namun bahkan setelah upgrade A-50U masih mengandalkan teknologi generasi lama, termasuk susunan radar mekanis. Di atas segalanya, radar dikatakan harus berjuang untuk bisa mengidentifikasi dan melacak target udara rendah diamati.

Meski mempertahankan konfigurasi dasar yang sama dengan A-50, A-100  akan menggunakan radar S-band yang menggunakan pemindaian elektronik aktif di ketinggian, dan pemindaian mekanis saat terbang rendah.

Rusia awalnya sangat optimistis dengan program A-100. Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu bahkan mengklaim sekitar 30 pesawat radar baru akan beroperasi pada akhir tahun 2020-an.

Masalah A-100 juga menimbulkan pertanyaan tentang sejauh mana sanksi Barat juga mempengaruhi program Rusia lainnya. Dengan komponen elektronik canggih menjadi kelemahan, kemungkinan masalah serupa sedang dihadapi di tempat lain di kompleks industri militer.

Di masa lalu, Viktor Kladov, seorang pejabat senior di Rostec yang berspesialisasi dalam industri pertahanan dan teknologi tinggi mengatakan bahwa mereka berusaha untuk memperoleh kemerdekaan penuh dalam hal rantai pasokannya dengan  menghilangkan ketergantungan pada asing.  Perusahaan itu juga diberi sanksi setelah krisis Krimea.  Rostec juga bertanggung jawab atas Aviastar-SP, Beriev dan Vega.

Perlu dicatat bahwa versi terbaru dari pesawat tempur multiperan Su-30SM2 kini telah memiliki komponen elektronik seluruhnya buatan Rusia. Mereka menggantikan sistem buatan Prancis yang ditemukan di Su-30SM sebelumnya.

Barang-barang yang dipasok Prancis termasuk head-up display (HUD), sistem navigasi inersia/GPS, ditambah tampilan kokpit multifungsi. Contoh pertama Su-30SM2 mulai dikirim ke Angkatan Laut Rusia Januari 2022 lalu.