Dua jam sebelum keberangkatan penerbangan, rute paling optimal akan dipilih awak kokpit. Namun rute itu tetap bisa diperbarui selama penerbangan. Pada setiap waktu ada rencana penerbangan kontingensi. Sehingga, jika suatu peristiwa tak terduga muncul selama penerbangan, akan ada alternatif re-routing yang tersedia.
Sebagian besar penerbangan Boeing 777-200LR akan berada di wilayah udara yang dikelola Australia, di mana Emirates telah bekerja dengan Airservices Australia selama satu dekade terakhir untuk mengoptimalkan rute, memanfaatkan teknologi yang akan diterapkan pada rute langsung ke Auckland ini.
“Track system AUSOTS – sudah sangat terbukti mumpuni. Sehingga khusus penerbangan Emirates Auckland-Dubai bisa menggunakan rute terefisien bahan bakar, terhemat waktu dan terendah emisi tanpa mempengaruhi operasional dari pesawat lain yang akan ke Australia,” kata Hounsell. Sebagai informasi, Airservices Australia mengontrol 11% dari wilayah udara dunia.
“Sejumlah ATC dan ahli lingkungan telah bekerja sama dengan tim perencanaan penerbangan Emirates untuk membantu menemukan rute timur dan barat paling optimal yang akan menghubungkan penerbangan ke Lintasan Flex kami yang telah eksis dan zona-zona user preferred route (UPR),” kata Eksekutif General Manajer Eksekutif, kontrol lalu lintas udara, Greg Hood.
Boeing 777-200LR Emirates memiliki kemampuan jarak tempuh terbang lebih dari 15.555 km dengan membawa penumpang penuh atau sebanyak 266 orang, terdiri dari delapan penumpang di Kelas Utama, 42 orang di Kelas Bisnis dan 216 penumpang di kelas ekonomi.
Tak hanya ATC Australia, badan pengontrol lalu lintas Selandia Baru, Airways New Zealand, juga akan memandu Boeing 777-200LR Emirates melalui jam pertama dan terakhir penerbangan ultra-panjang ini.
Emirates merupakan maskapai terbesar yang melayani penerbangan long-haul. Maskapai ini menerbangkan 249 armada pesawat untuk rute panjang mereka, yang di dalamnya termasuk beberapa pesawat jet jumbo Airbus A380s dan sebanyak 155 Boeing 777.
