SpaceX Ledakkan Pesawatnya di Ketinggian 19 Km

SpaceX pada Minggu 19 Januari 2020 membuat langkah penting dalam upaya untuk membangun pesawat yang mengirim kru Amerika ke ruang angkasa. Perusahaan milik Elon Musk ini menyelesaikan tes pembatalan dalam penerbangan kapsul astronot Crew Dragon miliknya. Tes ini untuk membuat pendaratan darurat dengan aman setelah keadaan darurat.

Pembawa Falcon 9 diluncurkan dari Cape Canaveral   dan pesawat tak berawak itu jatuh di Samudera Atlantik di lepas pantai Florida. Kapsul turun dengan parasut, setelah lepas dari roket dan mesin SuperDraco menyelesaikan pembakaran mereka 19 km di atas laut untuk mensimulasikan kegagalan peluncuran.

Meskipun Crew Dragon dapat membawa tujuh astronot, untuk pengujian itu membawa dua bonek yang dilengkapi dengan sensor untuk melacak bagaimana efek percepatan pada tubuh, yang dialami para astronot saat pendaratan darurat, akan berdampak pada mereka.

Tes terakhir, yang dirancang untuk menunjukkan bahwa ia dapat membawa astronot ke tempat yang aman jika ada keadaan darurat, adalah tonggak untuk kembalinya program NASA untuk membawa awak ke luar angkasa.  NASA berharap itu akan terjadi setelah pertengahan 2020.

“Selamat kepada tim @NASA dan @SpaceX untuk In-Flight Abort Test! Tes kritis ini menempatkan kita pada titik puncak untuk sekali lagi melakukan peluncuran astronot Amerika dengan roket Amerika dari tanah Amerika. Operasi pemulihan pesawat ruang angkasa sedang berlangsung,” tulis Kepala NASA Jim Bridenstine dalam tweet.

NASA telah mengirimkan para astronotnya ke Stasiun Luar Angkasa Internasional menggunakan pesawat ruang angkasa Rusia sejak program ulang-aliknya berakhir pada 2011. Namun,  NASA telah bekerja sejak 2014 untuk kembali melakukannya dengan pesawat Amerika melalui kemitraan swasta.

Boeing dan SpaceX masing-masing diberi dana US$ 4,2 miliar dan US$ 2,5 miliar untuk mengembangkan pod untuk kru.

SpaceX diharapkan akan menjalankan tes penting ini pada pertengahan 2019, tetapi kapsulnya meledak pada bulan April pada uji coba. Penyelidikan panjang diluncurkan, yang selesai dalam seminggu terakhir.

Penyelidikan menyimpulkan bahwa reaksi antara katup titanium dan propelan mampu menyalakan pendorong. Tes pembatalan penerbangan ini, awalnya direncanakan pada hari Sabtu tetapi ditunda karena angin kencang dan gelombang besar di daerah pendaratan.