SINGAPORE AIRSHOW: Pesanan Pesawat Airbus & Boeing Melempem

Pengunjung mengamati pesawat Scoot Dreamliner 787 dalam pameran statis selama pembukaan Singapore Airshow di Changi Exhibition Center, Selasa (16/2/2016). (Foto: Roslan Rahman/AFP)

Duo pembuat pesawat terbesar dunia mengumumkan hanya mendapat pesanan biasa-biasa saja dalam perdagangan mereka di Asia, pertanda melambatnya permintaan setelah permintaan sempat meroket pada 2014 lebih dari US$30 miliar.

On the sidelines of the Singapore Airshow, European planemaker Airbus on Wednesday announced an order for six A350-900 planes, valued at $1.8 billion at list prices from Philippine Airlines (PAL).

Di sela-sela Singapore Airshow, Rabu (17/2/2016). pembuat pesawat dari Eropa, Airbus mengumumkan hanya mendapat pesanan enam pesawat A350-900 senilai US$1,8 miliar dari Philippine Airlines (PAL). Saingan terbesarnya, Boeing, mengatakan telah mendarat kesepakatan 12 pesawat jet 737 dari pemilik maskapai penerbangan privat asal Tiongkok, Okay Airways, senilai US$1,3 miliar.
Presiden PAL Jaime Bautista pesawat Airbus pesanan mereka itu akan digunakan non-stop untuk penerbangan jarak jauh Filipina ke Amerika Serikat, Kanada dan Eropa, dan akan mendukung tujuan maskapai menjadi “sebuah maskapai penerbangan bintang lima layanan penuh dalam lima tahun.”

Fleet modernization was also the goal of China’s low-cost carrier Okay Airways, said the airline’s president Wang Shusheng, adding that his company’s order was not part of a deal Boeing signed with China last year for 300 aircraft worth $38 billion.
Adapun Okay Airways membeli 12 jet baru dari Boeing demi memodernisasi armada mereka. Presiden Okay Airways, Wang Shusheng, mengatakan, pesanan perusahaannya itu sama sekali baru dan bukan bagian dari kesepakatan dengan Boeing tahun lalu untuk 300 pesawat senilai US$38 miliar.

Airbus pesanan melempem
Presiden dan Chief Executive Officer (CEO) Airbus Fabrice Bregier (kanan) berjabat tangan dengan Direktur Philippines Airlines Lucio Tan setelah menyepakati pesanan pesawat dalam Singapore Airshow di Changi Exhibition Center, Rabu (17/2/2016). (Foto: REUTERS/Edgar Su)
Permintaan Melambat

Boeing and Airbus membuat pengumuman mereka pada hari kedua Singapore Airshow, di mana sebanyak lebih dari 1.000 perusahaan penerbangan didatangkan. Pada pameran 2014 lalu, mereka meraup kesepakatan senilai US$32 miliar.

Tony Tyler, Direktur Jenderal Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA), mengatakan, bagaimanapun, kemungkinan para maskapai penerbangan akan meredam pesanan pesawat baru mereka tahun ini untuk mendongkrak keuntungan.
Penghematan maskapai dari biaya bahan bakar yang kini harganya menurun, sedang terkikis oleh kerugian dari penguatan nilai dolar AS, kata Tyler.

Pakar industri aviasi lainnya juga mengatakan, akan terjadi penurunan pesanan yang signifikan pada Singapore Airshow tahun ini sebab terjadi penurunan harga minyak global.

“Salah satu alasan mengapa pesanan meroket pada pameran 2014 adalah karena harga bahan bakar tinggi, sehingga ada insentif untuk membeli pesawat yang lebih efisien bahan bakar dalam operasional,” kata David Stewart, seorang penasihat penerbangan dan kedirgantaraan di ICF International. “Tapi sekarang harga bahan bakar sedang rendah, sehingga beberapa penerbangan akan terus mempertahankan pesawat mereka lebih tua lagi, dan karena itu tidak perlu [yang] baru. Ini adalah waktu tenang bagi kita semua,” katanya kepada kantor berita AP.

Pejabat eksekutif Airbus Fabrice Bregier, menepis kekhawatiran penurunan dalam industri aviasi pada konferensi pers Selasa (16/2/2016). Dia mengatakan perusahaannya memperkirakan adanya permintaan 12.810 pesawat baru di wilayah Asia-Pasifik, senilai pada US$2 triliun selama 20 tahun ke depan. Angka ini mewakili 40% dari prediksi permintaan global sekitar 32.600 pesawat selama periode yang sama.

Airbus berharap jumlah penumpang di Asia naik 5,6% per tahun, dengan Tiongkok diprediksi mencatat pertumbuhan dua digit.

Boeing juga mengatakan tidak ada penangguhan pesanan di Asia, dengan permintaan di Asia tenggara diperkirakan 3.750 pesawat terbang, senilai US$550 miliar selama dua dekade berikutnya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.