Ini Teknologi Digitalisasi ATC di Kanada yang Bikin AS Kepincut

Ini Teknologi Digitalisasi ATC di Kanada

Terbang melintas di atas perbatasan AS-Kanada serasa perjalanan melewati mesin waktu bagi pilot. Perjalanan dari utara ke selatan, pilot akan meninggalkan sistem kontrol lalu lintas udara (ATC) modern yang dijalankan perusahaan swasta dan masuk ke sistem kontrol yang dijalankan oleh pemerintah yang tengah mengejar ketinggalan teknologi.

Maskapai penerbangan, serikat pengendali lalu lintas udara dan para pemimpin kunci di Kongres AS, kini tengah mendesak agar AS mengubah pola konservatif layanan kontrol lalu lintas udara dengan membentuk sebuah perusahaan nirlaba baru dan meninggalkan Federal Aviation Administration (FAA) sebagai regulator keselamatan. Namun ide ini kini masih harus berhadapan dengan oposisi yang kuat di Kongres AS.

Model baru kontrol lalu lintas yang dimaksud adalah yang telah diterapkan Nav Canada, lembaga kontrol lalu lintas udara terbesar kedua di dunia setelah AS. Kanada menangani sejumlah besar volume lalu lintas antara AS, Asia dan Eropa. Maskapai penerbangan memuji teknologi canggih yang diterapkan di Kanada karena membuat jarak penerbangan lebih pendek, mulus dan efisien bahan bakar.

Di Kanada, pilot dan petugas kontrol udara saling mengirim pesan teks bolak-balik, mengurangi kesalahpahaman komunikasi melalui transmisi radio. Permintaan untuk perubahan ketinggian, akan terproses dan diperiksa secara otomatis ada tidaknya kemungkinan konflik bahkan sebelum pesawat-pesawat itu muncul di layar kontroler. Komputer melihat 20 menit ke depan untuk setiap pesawat yang terlalu dekat satu sama lain. Penerbangan dimonitor oleh sistem yang lebih akurat daripada radar, yang memungkinkan pesawat-pesawat terbang dengan aman dalam jarak lebih dekat secara bersama-sama untuk menambah kapasitas dan mengurangi terjadinya penundaan penerbangan.

Menara ATC di Pearson International Airport, Toronto, Kanada. Nav Canada didirikan sebagai perusahaan nonprofit pada 1996. (Foto: Nav Canada)
Menara ATC di Pearson International Airport, Toronto, Kanada. Nav Canada didirikan sebagai perusahaan nonprofit pada 1996. (Foto: Nav Canada)

Kondisi ini jauh berbeda dengan sistem lama yang dipakai AS yang masih mengandalkan komunikasi lisan melalui transmisi radio. Saat masuk wilayah kontrol udara AS, pilot akan kembali ke sistem lama ini sehingga serasa kembali ke masa lalu.

Kunci dari layanan akurat itu, kata Nav Canada, adalah pengelolaan non-pemerintah. “Pengembangan teknologi untuk wilayah udara yang lebih efisien saat ini, akan berkembang lebih cepat jika dikelola swasta dibanding dikelola oleh sebuah badan pemerintah,” kata para pejabat.

“Kami bisa menerbangi rute dengan optimal karena teknologi yang mereka miliki. Teknologi yang membuat perbedaan besar, ” kata Wakil Presiden Direktur American Airlines Lorne Cass. “Ini merupakan hal-hal yang tidak mau diketahui penumpang, kecuali yang mereka tahu hanya waktu penerbangan lebih singkat.”

Cass, yang telah bekerja di beberapa maskapai penerbangan dan FAA, pertama kali mengunjungi Nav Canada pada 2004 untuk melihat teknologi baru yang mereka terapkan. “Mereka selalu cukup bagus dalam melakukan modernisasi secara terus-menerus,” katanya. “Mereka memiliki tingkat fleksibilitas yang jauh lebih tinggi dibanding yang dimiliki FAA.”

Sejak Selandia Baru menerapkan hal serupa pada 1987, sejumlah negara mengikuti langkah privatisasi layanan air-traffic control mereka ke perusahaan swasta atau mengubahnya menjadi semacam perum. Sebut saja misalnya Inggris, Jerman, Prancis dan Australia.

Dua puluh tahun lalu, Pemerintah Kanada menyerahkan layanan kontrol lalu lintas udara ke perusahaan non-profit yang sengaja didirikan untuk itu. Nav Canada memiliki dewan direksi, menerapkan biaya kepada maskapai dan pesawat pribadi untuk layanan mereka, menjual obligasi untuk meningkatkan modal dan menghasilkan laba ke perusahaan.

Menilik kehebatan kontroler udara di Kanada ini, sejak 1990-an, di AS telah terjadi perdebatan panjang untuk memisahkan FAA menjadi dua tugas dan wewenang, sebagai regulator keamanan. Namun baru tahun ini legislasi dari isu ini betul-betul dimunculkan ke permukaan.

Nav Canada dibentuk ketika pemerintah Kanada mengalamai defisit anggaran dan kontrak besar untuk membangun sistem baru pengendali lalu lintas udara. Pegawai dimoratorium dan terjadi banyak penerbangan delay. “Kami saat itu mengalami banyak keluhan masyarakat hingga sampai tahap ketidakpuasan massal,” kata Neil Wilson, chief executive Nav Canada.

Berubah dari instansi pemerintah menjadi perusahaan privat membawa konsekuensi beban pada naiknya harga tiket bagi penumpang untuk menutupi biaya maskapai atas langgaran layanan kontrol udara. Maskapai penerbangan dan jet korporasi, harus membayar berdasarkan ukuran dan panjang penerbangan. Sebagai contoh, pesawat pribadi kecil harus membayar biaya tahunan sekitar US$ 54 untuk penggunaan tak terbatas dari layanan kontrol lalu lintas udara.

Namun tarif untuk biaya layanan terus diturunkan oleh Nav Canada. Setidaknya tahun ini, perusahaan itu telah menurunkan tarif layanan untuk ketiga kalinya.

Perubahan terbesar dari privatisasi ini adalah kemampuan untuk mendapatkan teknologi baru bagi kontroler untuk meningkatkan layanan penerbangan.

“Orang-orang mengatakan, air-traffic control mesti dijalankan profesional layaknya perusahaan bisnis. Jika ini merupakan sebuah bisnis, ya tentu akan dijalankan sebagaimana bisnis umumnya,” kata Sidney Koslow, ahli teknologi lalu lintas udara dari Mitre Corp, sebuah organisasi nirlaba yang diluncurkan Massachusetts Institute of Technology.

Koslow pernah menyarankan pemerintah AS untuk alih teknologi. Tak terlalu digubris pemerintah, Koslow keburu direkrut Nav Kanada dua bulan sebelum negara itu mentransfer kontrol udara dari pemerintah.

Perusahaan baru ini bersikeras agar diterapkan teknologi pengembangan workstation pengolahan data terbaru untuk kontroler dan mengelolanya secara ketat. Kegigihan dan keseriusan mendapatkan teknologi terkini itu pun akhirnya menciptakan sistem yang sekarang digunakan pula di bagian lain di dunia.

Di bawah proyek pemerintahan, seseorang harus membuat program raksasa dengan janji-janji besar untuk mendapatkan pendanaan. Tapi Nav Canada justru memilih proyek-proyek kecil, seringkali dengan tidak tahu apakah proyek itu akan berhasil atau tidak. Perusahaan ini mempekerjakan korps teknisi yang tidak pernah sama sekali dilibatkan oleh agen federal AS dalam mengembangkan teknologi kontroler udara.

“Kami meyakini, seseorang lebih baik melakukan hal-hal secara bertahap dan dimulai dari hal kecil dibanding pendekatan big bang,” kata Koslow yang kini menjabat sebagai kepala bagian teknologi di Nav Canada.

Inovasi cara berhubungan antara cockpit dan pusat kontrol dengan pesan teks adalah salah satu contoh. Pesan teks dengan cockpits telah digunakan di sejumlah wilayah udara, seperti di beberapa bagian di Eropa dan di seluruh Kanada selama beberapa tahun. Controller di Montreal yang menangani pesawat ke dan dari Amerika Utara, Eropa dan Asia mengatakan, sistem SMS hampir menghilangkan masalah salah dengar instruksi dan readbacks melalui radio akibat adanya perbedaan aksen pengucapan.

 Petugas ATC di Montreal berkomunikasi dengan penerbangan United Airlines melalui pesan teks digital. (Foto: Luther Caverly)
Petugas ATC di Montreal berkomunikasi dengan penerbangan United Airlines melalui pesan teks digital. (Foto: Luther Caverly)

Inovasi lainnya yang diadopsi di seluruh dunia adalah electronic flight strips. Ini adalah critical information dari setiap penerbangan yang cukup diubah dengan layar sentuh dan langsung bisa diakses dari satu kontroler ke kontroler lainnya secara elektronis. Nav Canada telah menggunakan teknologi ini selama lebih dari 13 tahun. Sebaliknya, pengendali udara AS masih menggunakan cetakan kertas yang ditempatkan di dalam wadah plastik yang dicoret-coret oleh kontroler.

Wakil Presdir American Airlines Lorne Cass mengatakan, penggunaan kertas yang masih diterapkan kontroler udara AS itu sangat memprihatinkan. “Petugas yang mengatakan, “cleared for takeoff” adalah orang yang terakhir mendapat informasi terbaru karena print out itu didapat dari bilik lain,” kata dia.

“Para frontline controller telah melakukan pekerjaan berat. Mereka melakukan yang terbaik yang mereka bisa dengan keterbatasan yang mereka miliki. Tidak ada keraguan lagi, mereka ini kadang-kadang memang harus lebih kreatif. ”

Setelah FAA mulai mengadopsi sistem ATC Kanada, KLM Royal Dutch Airlines yang terbang dari Amsterdam ke Houston pun cukup mengirim pesan teks saat meminta naik ke 36.000 kaki. Permintaan ini dengan cepat akan diberikan dengan satu kali klik. Satu klik mouse ini, dalam sistem lama, menjadi tugas tiga orang kontroler: petugas yang membuat perubahan rencana penerbangan pesawat, petugas yang membuat perubahan informasi jalur dan petugas yang menginstruksikan pilot untuk membuat perubahan.

 Petugas kontrol lalu lintas udara Sebastien Bourgon menggunakan electronic flight strips di Menara Kontrol Trudeau International Airport di Montreal, Kanada. (Foto: Luther Caverly)
Petugas kontrol lalu lintas udara Sebastien Bourgon menggunakan electronic flight strips di Menara Kontrol Trudeau International Airport di Montreal, Kanada. (Foto: Luther Caverly)

Seorang juru bicara FAA mengatakan, komunikasi data di udara ini akan mulai diterapkan pada 2019 mendatang. Sebelum diterapkan, mereka hendak menguji electronic flight-strip system menara kontrol di Phoenix dan mulai mencoba menggunakan flight-strip elektronik non-kertas.

Jerome Gagnon, manajer menara kontrol Montreal, mengatakan sistem elektronik telah mengurangi beban kerja, terjadinya kesalahan dan kebisingan. “Kami tidak ingin pengendali ATS selalu menunduk ke bawah. Ada banyak hal terjadi di luar jendela, “katanya. (Sumber: Fortune)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.