Mirage 2000, Korbankan Stabilitas Demi Manuver

Saat muncul, karakteristik Mirage 2000 bersaing ketat dengan F-16 Fighting Falcon yang juga tangkas. Mirage 2000 yang lebih ringan bisa dibilang memiliki keunggulan tipis dalam kinerja dogfighting jarak dekat, karena memiliki kecepatan maksimum 10 persen lebih tinggi dan laju putaran cepat yang superior.

Namun, F-16 masih bisa bertahan lebih baik dari waktu ke waktu, dan yang lebih penting lagi, adalah desain multi peran.  Model awal Mirage kurang sesuai untuk misi serangan darat. Selain itu Mirage 2000 beroperasi dengan delapan negara – termasuk India, Yaman, Taiwan dan Yunani sementara F-16 yang lebih murah terbang di 26 negara.

Mirage 2000 dari French l’Armée de l’Air pertama kali melihat aksi pertempuran dalam patroli udara di Perang Teluk. Sementara Mirage Peru terlibat dalam misi tempur selama konflik perbatasan 1995 dengan Ekuador. Mirage India juga terlibat dalam Perang Kargil.

Namun, dalam kasus ini tidak satupun jet tempur yang bisa menembak jatuh pesawat musuh. Ironisnya, satu-satunya kemenangan udara yang  diraih oleh Mirage 2000 adalah dalam sebuah pertemuan antara Mirage Yunani dan F-16D dua kursi milik Angkatan Udara Turki  di atas Laut Aegea pada bulan Oktober 1996.

Namun, kemenangan itu dipengaruhi karena pilot Yunani hanya secara tidak sengaja meluncurkan rudal Matra yang sama sekali tidak diduga oleh pilot Turki. Hal ini terjadi karena tindakan saling melecehkan dengan dogfight antara jet tempur kedua negara kerap terjadi dan sangat jarang berakhir dengan penembakan rudal. Pilot Yunani menegaskan bahwa dia lupa dipersenjatai rudal tersebut. Hal ini tidak memenuhi syarat untuk disebut sebagai sebuah pertempuran udara yang sebenarnya.

Mirage 2000 kemudian berkembang dengan kemampuan misi serangan darat. Mereka pertama kali merilis senjata dalam perang selama intervensi NATO di Bosnia dan kemudian di Kosovo, dengan satu pesaat model 2000N ditembak jatuh sebuah rudal darat ke udara man portable pada tahun 1995.

Mirage Angkatan Udara India dari skuadron No. 7 juga ditingkatkan kemampuannya untuk menggunakan bom dipandu laser Paveway, dan memainkan peran yang menentukan dalam menghancurkan bunker Pakistan setinggi 5.000 meter di atas permukaan laut selama Perang Kargil tahun 1999.

Kemudian antara tahun 2002 dan 2011, Mirage 2000D Perancis pertama kali ditempatkan di Tajikistan dan Kyrgizstan, dan kemudian dikirim ke Kandahar, memberikan dukungan udara untuk pasukan NATO di Afghanistan, menggunakan bom  dipandu laser untuk menghancurkan target yang diidentifikasi oleh pasukan darat.

Pada Oktober 2017 jet tempur Mirage 2000 Angkatan Udara Prancis  juga dikirimkan untuk membantu sebuah tim yang terdiri dari 12 pasukan khusus Amerika dan 30 tentara Niger ketika terlibat pertempuran pada 4 Oktober 2017 lalu. Pertempuran yang mengakibatkan empat anggota Green Beret Amerika meninggal dunia.

Menurut Kepala Staf Gabungan A.S. Jenderal Joseph Dunford, ketika terlibat pertempuran Green Beret meminta dukungan udara.  Begitu permintaan diterima, dua Mirage 2000 yang berbasis di Bandara Diori Hamani di ibu kota Nigeria Niamey bergegas bersiap. Namun butuh waktu 30 menit untuk bisa terbang dan butuh waktu setengah jam lagi untuk sampai di medan perang yang berjarak ekitar 110 mil ke utara pangkalan.

Militer Prancis menyatakan pilot tidak bisa menjatuhkan bom karena situasi pertempuran jarak dekat di darat sehingga berisiko untuk menyerang kawan sendiri.

Sebagai gantinya, jet-jet Perancis melakukan show of force dengan terbang rendah. Taktik intimidasi ini berhasil – dan memaksa pasukan musuh untuk menarik diri.