Pilih Bombarder Global 6000, Jerman Tinggalkan Drone Triton Amerika

Kementerian Pertahanan Jerman membatalkan rencana membeli empat pesawat pengintai udara MQ-4C Triton buatan Amerika dan memilih untuk mengakuisi tiga jet Bombardier Global 6000. Alasan utamanya adalah soal biaya.

Sebagaimana dilaporkan Associated Press, Jerman pada hari Selasa 28 Januari 2020 mengumumkan bahwa setelah berbulan-bulan musyawarah, kementerian pertahanan telah memutuskan untuk melepaskan upaya awalnya gima menginstal sistem pengintaian baru pada drone Triton milik Northrop Grumman dan sebagai gantinya akan memperbaiki sensor penyadapan untuk jet berawak Global 6000 yang dibangun Bombardier.

Jerman pada awalnya merencanakan agar Persistent German Airborne Surveillance System (PEGASUS) yang  dipasang pada drone, namun kekurangan anggaran dan kekhawatiran atas peraturan wilayah udara Eropa telah menyebabkan rencana tersebut tidak dijalankan.

MQ-4C Triton

Seorang juru bicara dengan kementerian mengatakan kepada Defense News bahwa perkiraan opsi Triton senilai US2,5 miliar atau sekitar Rp34 triliun yang disetujui oleh Departemen Luar Negeri Amerika pada April 2018, telah tumbuh jauh lebih mahal jika dibandingkan dengan asumsi sebelumnya dan tidak akan dikirim hingga 2025.

Selain itu, memilih pesawat berawak memberikan Berlin kemampuan untuk tidak khawatir tentang memenuhi pedoman Badan Keselamatan Penerbangan Eropa mengenai keselamatan pengoperasian pesawat tak berawak bersama dengan lalu lintas udara konvensional.

Jerman sebelumnya mengalami masalah serupa selama proyek Euro Hawk dan bermaksud mengakuisisi lima turunan Global RQ-4 RQ tetapi akhirnya dibatalkan pada Mei 2013 karena masalah biaya dan proses sertifikasi mengenai wilayah udara Eropa.

Pengumuman Jerman datang tidak lama setelah Armada Ketujuh Angkatan Laut Amerika mengeluarkan siaran pers Senin yang mengkonfirmasi bahwa dua Triton MQ-4C telah tiba di Pangkalan Angkatan Udara Andersen di Guam pada malam sebelumnya.

Menurut layanan tersebut, UAV akan membantu aset intelijen lainnya, seperti P-8A Poseidon dan P-3 Orion, dalam patroli maritim dan upaya pengintaian di Pasifik Barat.