Dreamlifters: Pesawat Pengangkut Pesawat

Bagaimana mengirim foto kita ke teman di Eropa?

Klik, send, selesai. Era digital membawa banyak kemudahan dan kepraktisan. Cuma, dalam beberapa hal, urusan kirim mengirim ini tidaklah sederhana.

Misalnya, bagaimana mengirim bagian-bagian pesawat, yang dibuat di berbagai belahan dunia, agar siap dirakit di pabriknya?

Kapal laut memang bisa, tetapi terlalu lama. Kalau mau cepat, tentu harus memakai pesawat. Jadi, pesawat naik pesawat. Mau tak mau, pesawat pembawa ini harus jauh lebih besar dari pesawat itu sendiri. Iya kan…

Kita sedang membayangkan Boeing, perusahaan kedirgantaraan dari Amerika Serikat. Pada tahun 2003, mereka mengumumkan bahwa pesawat jet penumpang barunya, 787 Dreamliner, akan dibangun dari beberapa bagian. Bagian-bagian ini bevariasi ukurannya, ada yang berbentuk badan utama pesawat yang panjangnya sampai 31 meter.

Teknologi membuat pesawat dari bagian-bagian kecil itu membuat pesawat menjadi lebih ringan. Tapi masalahnya, Boeing tidak membuatnya di satu lokasi. Jadi, mereka harus mengangkut komponen pesawat dari tempat mereka diproduksi yaitu di Italia, Jepang, Kansas dan South Carolina ke negara bagian Washington, untuk perakitan akhir.

David Beck, seorang insinyur di Boeing menceritakan bahwa mereka awalnya menganalisa semua moda yang memungkinkan. Boeing mempertimbangkan pengiriman melalui laut, tapi ternyata ada bagian-bagian yang terlalu besar untuk kapal. Kemudian, tentu saja jalur laut tidak bisa diandalkan soal kecepatan.

Akhirnya, Boeing mencari sendiri solusi untuk masalah ini. Perusahaan itu kemudian membeli empat pesawat Boeing 747 lama dari maskapai China dan Malaysia. Empat pesawat itu dioprek dan diubah menjadi pesawat baru yang mampu mengangkut bagian Dreamliner. Awalnya dikenal sebagai Large Cargo Freighters, namun kemudian produsen pesawat tersebut menamainya sebagai Boeing 747 Dreamlifters.

“Kami mengambil gergaji dan memotong seluruh badan pesawat. Kemudian kami melepaskan ekor dan menambahkan bagian tiga meter di sisi atas, sehingga bagian-bagian dari pesawat 787 bisa muat,” kata Beck

Saat meninggalkan hanggar di Bandara Internasional Taoyuan Taipei, di mana pesawat ini dibangun pada Agustus 2006, Dreamlifter menjadi pemandangan yang aneh. Orang-orang tersenyum sekaligus kagum dengan bentuknya. Namun dengan kemampuan membawa kargo sebesar 1.840 meter kubik, pesawat ini segera menjadi idola sebagai kargo terbesar di dunia.

Ekor pesawat ini dihubungkan ke bagian badan pesawat dengan engsel, sehingga bisa dibuka tutup saat operasi kargo dimulai. Komponen Dreamlifter kemudian dimasukkan melalui bagian belakang pesawat. Dreamlifter telah memotong waktu pengiriman bagian-bagian dari pesawat 787, dari yang semula diperkirakan bisa sampai satu bulan hingga menjadi satu hari hari. “Ini pesawat yang luar biasa,” kata Beck dari Boeing.