Maskapai Murah Pertama di Kanada Siap Terbang

    Maskapai baru asal Kanada Jetlines, mengumumkan bahwa mereka telah menandatangani Letter of Intent untuk dua pesawat Boeing 737-800NG. Kesepakatan itu dibuat dengan sebuah perusahaan penyewaan pesawat terbang dari AS. Mereka ingin, dua pesawat itu sudah siap dikirimkan pada April 2018.

    Kesepakatan ini menandai sebuah langkah penting bagi Jetlines yang sedang mengumpulkan armada pesawat. Maskapai ini telah bertekad untuk menjadi Ultra Low Cost Carrier pertama di Kanada. Tipe Boeing 737-800NG adalah pesawat pilihan untuk ULCC di seluruh dunia. Pesawat ini akan memberi Jetlines kemampuan untuk menawarkan tarif yang bersaing di kelas bawah, untuk kawasan Kanada, Amerika Serikat, Meksiko, dan Karibia.

    Maskapai ini berencana untuk mengoperasikan pesawat Boeing 737-800NG dengan 189 189 dan konfigurasi all coach. Jetlines menyasar orang-orang Kanada yang ingin mendapatkan tarif rendah yang terjangkau. Mereka juga tidak beroperasi dari bandara utama, tetapi memberikan kenyamanan kepada penumpang pinggiran dengan beroperasi dari bandara sekunder. Jetlines berencana untuk mulai penjualan tiket di awal 2018 dan menargetkan mulai penerbangan untuk musim panas 2018, tergantung pada persetujuan pemerintah.

    “Orang-orang Kanada membayar terlalu banyak untuk perjalanan udara dan kami berniat untuk mengubahnya saat kami terbang ke angkasa. Pesawat ini adalah pilihan tepat dan akan membawa harga tiket yang terjangkau ke Kanada,” kata CEO Jetlines, Stan Gadek.

    Jetlines ditetapkan untuk menjadi maskapai penerbangan ultra low cost carrier (ULCC) pertama di Kanada. Mereka berencana mengoperasikan penerbangan ke Kanada dan menyediakan layanan non-stop dari Kanada ke Amerika Serikat, Meksiko dan Karibia.

    Jetlines dijalankan oleh tim manajemen dan dewan pengawasan dengan pengalaman dan keahlian yang luas pada maskapai penerbangan murah, start-up dan pasar modal. Perusahaan ini memperoleh keistimewaan yang belum pernah terjadi sebelumnya dari Pemerintah Kanada, yang mengizinkannya mengoperasikan layanan udara domestik, sementara sahamnya 49% dimiliki investor asing.