Turbulensi Pesawat (1) : Tidak Perlu Takut

Benturan adalah penyebab paling umum cedera pada penumpang udara. Di Amerika Serikat saja ada sekitar 58 korban cedera setiap tahun karena turbulensi. Namun dalam kasus tertentu, jumlah pertahunnya bisa melonjak jika ada insiden luar biara. Misalnya pada 18 Juni lalu, ketika 26 orang terluka termasuk empat orang luka serius, setelah turbulensi melanda penerbangan China Eastern yang terbang dari Paris ke Kunming Changshui International Airport.

Namun, apakah turbulensi benar-benar sesuatu yang harus ditakuti. Paparan berikut didasarkan pada apa yang disampaikan Kapten British Airways, Steve Allright, dan Patrick Smith, seorang pilot asal AS yang juga penulis buku perjalanan udara berjudul Cockpit Confidential.

Apa sebenarnya yang menyebabkan turbulensi?

Banyak hal berbeda yang dapat menyebabkan turbulensi. Namun masing-masing dan semua sebab itu sudah diketahui dan dipahami oleh para pilot. Setiap hari seorang pilot terbang, dia pasti mengharapkan tidak terjadi turbulensi. Namun tentu tidak ada yang bisa memastikan. Sebenarnya itu hal biasa saja,  seperti jika seseorang berkendara dan kemudian roda menginjak sebuah benda yang menyebabkan mobil sedikit melompat. Turbulensi memang tidak nyaman, tapi para pilot sepakat itu tidak berbahaya. Ini adalah bagian dari terbang dan tidak perlu ditakuti.

Perbedaan aspek cuaca menyebabkan berbagai jenis turbulensi. CAT adalah kependekan dari Clear Air Turbulence, bentuk turbulensi paling umum yang dialami penumpang di seluruh dunia.

Untuk memahami turbulensi, harus dipahami lebih dulu fakta bahwa udara cenderung mengalir sebagai sungai berkelok-kelok horisontal yang disebut aliran jet. Aliran jet ini terkadang bisa ribuan mil panjangnya, dengan lebar dan tingginya hanya beberapa mil saja. Bergantung pada arah perjalanan pesawat, perencana penerbangan biasanya menghindari untuk melawan angin dari arah depan. Justru jika dapat, masuk dan memanfaatkan aliran jet ini karena bisa menghemat pemakaian bahan bakar. Bayangkan seperti kita berenang mengikuti aliran air di sungai. Pasti lebih mudah dan nyaman daripada melawan aliran itu sendiri. Kecepatan angin semacam ini bisa mencapai hingga 250 mil per jam.

Nah, turbulensi terjadi karena aliran angin ini berinteraksi atau bercampur dengan aliran lain yang lebih lambat. Anggap saja seperti aliran sungai tadi, dimana aliran cepat di sela-sela batu bersinggugan dengan aliran air yang lebih lambat. Kita bisa melihat air akan berputar-putar sebagai hasil dari interaksi aliran cepat dan lambat ini. Seperti itulah turbulensi terjadi.

Penumpang sering memandang bahwa turbulensi itu berbahaya. Namun teryata pandangan itu salah, bahkan dalam bentuknya yang paling langka sekalipun, turbulensi tidak sebahaya yang dibayangkan orang. Harus diingat bahwa sejak proses desain dan produksi, sebuah pesawat sudah didesain untuk mampu melawan turbulensi. Pesawat tidak mungkin bisa terbalik, atau berputar-putar di udara hanya karena turbulensi ini. Pesawat juga tidak akan terhempas seperti kertas atau layang-layang.

Pesawat dirancang untuk menghasilkan stabilitas, dan harus memenuhi batasan tekanan untuk beban G positif dan negatif. Tingkat turbulensi yang bisa merusak mesin atau menekuk sayap belum pernah ditemukan. Bahkan jika Anda adalah frequent flier yang sangat sering terbang, mungkin tidak akan pernah mengalami turbulensi yang merusak pesawat seumur hidup Anda.