Rwanda-Benin Kolaborasi Kuasai Langit Afrika Barat

    RwandAir telah diberi ijin beroperasi oleh Republik Benin, tidak sekedar terbang tetapi menggunakan wilayah negara itu sebagai pusat operasional. Hak istimewa ini telah memungkinkan maskapai tersebut untuk mengirim dua pesawat Boeing 737 di Cotonou, Benin. Operasi di hub baru RwandAir ini akan dimulai dalam waktu dekat.

    “Peluncuran hub ini akan memperbaiki transportasi udara di Afrika karena Rwandair akan dapat menjangkau lebih banyak negara di Afrika Barat dan Tengah dengan koneksi dan frekuensi yang lebih baik,” bersama Yvonne Manzi Makolo, Wakil Direktur Jenderal Institutional RwandAir.

    Dalam industri penerbangan, hak istimewa ini diberi nama seventh freedom atau kebebasan ke tujuh. Ini merujuk pada hak dimana sebuah maskapai bisa memiliki base di luar negara asli perusahaan induknya. Ini berarti bahwa RwandAir, maskapai penerbangan Republik Rwanda, sekarang memiliki hak untuk beroperasi di luar markas besarnya, dalam hal ini adalah di Benin. Hal ini juga memungkinkan maskapai untuk mengangkut penumpang atau kargo tanpa kewajiban untuk kembali ke wilayah asal mereka.

    Terlepas dari hak istimewa ini, baik pemerintah Rwanda maupun Benin sepakat untuk menandatangani Memorandum of Understanding (MoU). Kesepakatan ini bertujuan untuk memastikan bahwa maskapai penerbangan umum antara kedua negara akan dibentuk. Perusahaan penerbangan tersebut akan berbasis di Cotonou, Benin.

    “Ini akan menjadikan Benin menjadi platform bagi penerbangan sipil sebagai hub sub-regional. Maskapai ini akan datang untuk mewujudkan mimpi kami, mendapatkan keuntungan dari pengalaman Rwanda yang memungkinkan Benin memiliki maskapai penerbangan sehingga mempromosikan pengembangan penerbangan dan pariwisata kami, “ungkap Hervé Hehomey, Menteri Bertanggung Jawab atas Transportasi dan Prasarana Benin.

    Aurélien Agbenonci, menteri luar negeri Benin, juga menyambut positif karena Rwanda memilih bekerja sama dengan mereka untuk memulai berdirinya maskapai Benin-Rwanda pada akhir tahun ini. Sedangkan Menteri Luar Negeri Rwanda, Louise Mushikiwabo, mengungkapkan apresiasi pemerintah atas kesepakatan tersebut dan dampak positif di masa depan.

    “Atas nama Pemerintah Republik Rwanda saya ingin menyampaikan apresiasi yang mendalam kepada Pemerintah Benin karena membiarkan inisiatif ekonomi yang berani dan serius ini terjadi. Saya sangat senang bahwa negosiasi tersebut menghasilkan hasil positif bagi kedua negara,” kata Agbenonci.

    Maskapai penerbangan gabungan Rwanda dan Benin ini diharapkan dapat menangani jalur penumpang dan barang ke Conakry, Brazzaville, Dakar, Abidjan, Douala, Bamako, dan Libreville. Operasi RwandAir antara Kigali dan Cotonou juga akan berlanjut.

    Kedua negara ini nampaknya akan menjadi pemain yang berarti di Afrika Barat dan Tengah. Negara-negara Afrika memang relatif tertinggal dalam bisnis penerbangan udara. Banyak maskapai Eropa yang mengakhiri operasionalnya di benua, salah satunya karena faktor korupsi yang mengekang sektor bisnis.