Bandara Hijau (1) Oslo yang Pertama Terima Sertifikat Ramah Lingkungan

Meningkatnya lalu lintas udara di seluruh dunia setiap tahun, mendorong industri ini terus mencoba menemukan cara membuat penerbangan lebih ramah lingkungan. Produsen pesawat mencari cara lebih ramah lingkungan untuk terbang, mulai dari pesawat listrik hingga biofuel. Sementara industri arsitektur bergerak ke bandara yang lebih ramah lingkungan.

Sepintas, sepertinya ini adalah tantangan besar. Bandara adalah simpul transportasi massal yang banyak mengonsumsi energi. Namun, kombinasi antara kecerdasan teknik dan keputusan operator bandara bisa memberi hasil maksimal.

Sejalan dengan reputasi kawasan untuk kesadaran lingkungan, Skandinavia adalah pusat bagi apa yang disebut bandara paling ramah lingkungan di dunia. Ya benar, yang dibahas kali ini adala terminal baru di Bandara Oslo, Noerwegia. Terminal ini dibuka untuk umum pada April 2017. Fasilitas baru ini meningkatkan kapasitas bandara menjadi 32 juta penumpang per tahun.

 

Terminal tersebut merupakan bandara pertama di dunia yang meraih sertifikat dalam penilaian keberlanjutan bangunan dan proyek pekerjaan sipil di seluruh dunia. “Di Bandara Oslo, fokusnya adalah pada pengadaan bahan bangunan ramah lingkungan, solusi energi inovatif dan pengelolaan limbah,” kata Henriette Berg, manajer proyek di WSP di Norwegia, salah satu organisasi yang terlibat dalam proses sertifikasi.

Bjørn Olav Susæg dari Nordic, perusahaan yang berbasis di Oslo yang merancang terminal tersebut, mengatakan tujuan ambisius tersebut untuk mengurangi konsumsi energi menjadi dua. “Kami tidak memulai proyek ini dengan tujuan menjadi bandara paling ramah lingkungan di dunia,” katanya.

 

Semua dilakukan dengan teliti. Dinding dan jendela terminal tidak hanya bertujuan memaksimalkan penggunaan cahaya di siang hari, sekaligus bahan alami seperti batu dan kayu lokal digunakan secara luas di seluruh bangunan. “Selain menjadi bahan yang sangat hemat energi, kayu memberi kesan yang sangat Nordik pada terminal. Kami percaya bahwa setelah era di mana kebanyakan bandara terlihat sama, sekarang saatnya untuk menyoroti elemen-elemen yang dapat memberi para pelancong sebuah perasaan bahwa mereka berada di lokasi tertentu, dengan identitas lokalnya sendiri,” kata Susæg.

Salah satu cara untuk memanfaatkan kondisi lokal adalah sistem pendinginan berbasis salju. Selama musim dingin, salju dikumpulkan dan disimpan di depot dan ditutupi serbuk gergaji untuk insulasi. Di musim panas, salju yang mencair digunakan untuk mendinginkan bangunan terminal, mengurangi jumlah konsumsi energi selama jam sibuk. Di musim dingin, bandara memanfaatkan energi panas alami untuk pemanasan.

Proyek terminal ini juga mencapai tingkat sortasi 91%, yang berarti hanya 9% bahan konstruksi yang dibuang yang diklasifikasikan sebagai limbah umum. Sisanya disortir dan ditangani secara terpisah.

Fitur lain yang luar biasa dari desain baru sebagai bukti penggunaan ruang yang efisien adalah kenyataan bahwa meskipun bandara meningkat dalam ukuran, waktu yang dibutuhkan untuk berjalan ke gerbang tetap sama.