Helikopter H225 Airbus Berjuang Kembali Terbang

Meskipun masih dilarang terbang di sebagian besar wilayah Laut Utara selama lebih dari satu tahun hingga hari ini, Airbus Helicopters yakin bahwa produk mereka dengan seri H225 akan segera memperoleh status penerbangan penuh.

Berbicara dalam sebuah briefing investor di sela-sela pertunjukan Paris Airshow akhir Juni 2017, Chief Executive Airbus Group, Tom Enders mengatakan bahwa mereka berharap larangan yang tersisa untuk penerbangan H225 komersial akan dicabut dalam waktu dekat. “Tapi untuk saat ini, setelah penundaan yang begitu banyak, kita tidak akan membuat prediksi,” ujarnya menekankan perlunya menghapus spekulasi soal ijin terbang ini.

H225 dan AS332 L2 hingga sekarang tetap dilarang terbang di Norwegia dan Inggris menyusul kecelakaan pada bulan April 2016 di mana 13 penumpang dan awak tewas. Pembatasan penerbangan tersebut mencakup bagian penting dari armada Super Puma dalam industri minyak dan gas global. Seperti diketahui, helikopter seri ini memang populer dipakai oleh perusahaan-perusahaan eksplorasi. Selain karena kemampuan terbangnya yang tinggi dan kapasitas maksimal, heli ini juga cukup stabil di cuaca perairan utara kawasan Eropa yang cenderung tidak mudah diprediksi.

Dalam perkembangannya, European Aviation Safety Agency (EASA) telah merilis ijin bagi tipe heli ini untuk terbang kembali. Namun Norwegia dan Inggris masih menolak untuk mengikutinya keputusan itu sambil terus mengamati peningkatan prosedur perbaikan keselamatan diterapkan oleh Airbus. Kondisi ini sebenarnya membingungkan bagi Airbus, karena semestinya Norwegia dan Inggris mengikuti apa keputusan EASA.

Sebelumnya, penyelidik Norwegia telah meyatakan bahwa Super Puma (LN-OJF) jatuh setelah kegagalan teknis yang kompleks, dimana rotor utama kemudian terpisah dari badan helikopter. Namun, mereka tidak dapat menentukan akar penyebab masalah yang mendera roda gigi yang menyebabkan kejadian tersebut, walaupun mereka yakin hal itu mungkin terkait dengan masalah bearing yang menyebabkan helikopter sejenis mengalami kecelakaan pada 2009. Regulator di Eropa memaksa seluruh heli H225 tetap di darat sejak April hingga Oktober 2016. Berbeda dengan Norwegia dan Inggris yang tetap bersikukuh sampai saat ini.