Kenapa Saat Cegat Tu-95 Rusia, F-22 Amerika Didampingi E-3 Sentry?

Tu-95 Bear

Seperti dilaporkan sebelumnya selama dua hari berturut-turut, pembom Angkatan Udara Tu-95 Bear Rusia terbang di dekat wilayah udara Alaska.

Pada tanggal 17 April, Angkatan Udara AS melepas dua jet stealth F-22 Raptor dan satu pesawat E-3 Sentry AEW (Airborne Early Warning) serta sebuah pesawat tanker KC-135 (meski menurut beberapa laporan tidak menyebutkan kehadiran Stratotanker). Mereka lepas landas untuk mencegat dua bomber berkemampuan nuklir yang terbang kira-kira 100 nm barat daya Kodiak.

Jet stealth lepas landas dari Joint Base Elmendorf-Richardson dan mencegat pesawat Rusia di dalam Air Defense Identification Zone (ADIZ) yakni  wilayah udara di atas daratan  atau air di mana identifikasi, lokasi dan pengendalian pesawat sipil dilakukan untuk kepentingan keamanan nasional.

North America ADIZ

ADIZ dapat melampaui wilayah negara untuk memberi negara lebih banyak waktu guna menanggapi kemungkinan pesawat yang tidak bersahabat. Sebenarnya  setiap pesawat terbang yang berada di dalam zona ini tanpa otorisasi dapat diidentifikasi sebagai ancaman dan diperlakukan sebagai pesawat musuh, yang mengarah pada intersepsi dan VID ( identifikasi visual) oleh pesawat tempur.

Alaska ADIZ detail

F-22 mengawal Tu-95 selama 12 menit (beberapa sumber menyebut 27 menit) sebelum pembom Rusia kembali.

Pada malam berikutnya, atau beberapa jam setelah “kunjungan” pertama, Bear kembali terbang ke dalam ADIZ tapi kali ini, Angkatan Udara AS memilih untuk tidak mencegat dengan jet tempur dan hanya mengirimkan  Airborne Warning And Control System (AWACS) E-3.

Ini bukan pertama kalinya Bear Rusia terbang di ADIZ dan bukan pertama kalinya juga tidak ada jet tempur yang dikirim untuk mengawalnya.

F-22

Mari kita lihat episode pertama. Perlu dicatat bahwa bersamaan dengan terbangnya jet tempur F-22, North American Aerospace Defense Command  (NORAD) juga meminta E-3 Sentry lepas landas. Sering kali, Quick Reaction Alert (QRA) lepas landas dilakukan oleh jet tempur bersenjata dan didukung oleh pesawat tanker, bukan oleh aset AEW. Para pesawat dipandu ke pesawat yang tidak dikenal oleh radar pertahanan udara darat.  Itulah mengapa menjadi menarik bahwa dalam kasus terakhir F-22 didampingi oleh E-3 Sentry.

Peluncuran AEW bersama dengan para jet tempur  adalah “taktik” yang memungkinkan Pertahanan Udara memperluas jangkauan radar dan untuk lebih menyelidiki kehadiran penyusup tambahan atau jet tempur yang mendampingi bomber atau yang dikenal sebagai  “zombie” dalam QRA.

Pada saat yang sama, kehadiran E-3 memungkinkan Raptor untuk meningkatkan kesadaran situasional mereka sambil mengurangi penggunaan radar dan memaksimalkan kemampuan siluman mereka sebanyak-banyaknya (Meski juga harus diingat F-22 di QRA biasanya membawa tanki bahan bakar eksternal yang bisa mengurangi karakter siluman mereka).

E-3 Sentry

 

Gabungan AEW / F-22  memberikan cara yang lebih efektif untuk melawan “paket serangan” yang mungkin terjadi.

Sortie jarak jauh tidak mudah untuk direncanakan. Lebih dari itu, paket serangan: pembom tidak hanya diminta terbang ke dalam target (TGT) dan mencapai posisi konvektif untuk mensimulasikan serangan dan pengiriman senjata, mereka juga perlu mempertimbangkan banyak faktor lainnya.

Pertama-tama “apa tujuan Anda?” Apakah Anda ingin melatih serangan yang realistis? Atau apakah Anda ingin “memata-matai” atau sebatas menunjukkan kehadiran  Anda?

Faktor lainnya adalah jarak, kemampuan pertahanan lawan, minimum risk routing sesuai ancaman, adanya DCA (Defensive Counter Air), aset pendukung, dll.

Alessandro “Gonzo” Olivares, pilot tempur Amerika dalam tulisannya di The Aviationis Jumat 21 April 2017 menyebutkan biasanya,  dalam paket serangan sebenarnya, pembom dianggap sebagai HVA (High Value Asset), yang harus dilindungi. Untuk alasan ini selama tahap perencanaan mereka selalu dikawal oleh pesawat tempur dan dilindungi dari ancaman rudal permukaan ke udara melalui Suppression / Destruction of Enemy Air Defenses (SEAD / DEAD),  Electronic Warfare (EW) dan segala sesuatu yang dibutuhkan agar mereka dapat mencapai titik serang dengan aman.

Namun, mengawal pembom strategis tidak selalu memungkinkan an  juga tidak mudah. Harus dipertimbangkan  jangkauan terbatas mereka, kehadiran pesawat tempur akan sangat mempengaruhi perencanaan jarak jauh, yang memerlukan dukungan dari beberapa pesawat tanker di sepanjang rute.

Untuk alasan ini, walaupun pembom Rusia sering mengunjungi Pantai Barat, biasanya mereka tidak dikawal oleh jet tempur. Berbeda  seperti yang terjadi, misalnya, di wilayah Baltik, di mana Tu-22 sering disertai oleh Su-27 Flanker.

Namun, dalam kasus terakhir NORAD sepertinya tidak mau ambil risiko dengan menyertakan EEW 3 di tim QRA untuk memastikan  Tu-95 tidak didampingi oleh jet tempur.

Alessandro “Gonzo” Olivares mengatakan berdasrakan pengalamannya misi Bear terakhir  hanya simulasi sorti serangan dengan satu-satunya tujuan untuk menguji taktik dan waktu reaksi Amerika.

“Sesuatu yang sering terjadi. Ada juga kemungkinan Bear dikirim ke sana sementara pesawat mata-mata Rusia lainnya berada di sekitar untuk “mengendus” emisi elektromagnetik Raptor. Namun, belum ada laporan pesawat EL-20 ELINT ada di daerah tersebut,” katanya.