Kenapa Sayap Pesawat Tidak Lurus dan Malah Mengarah ke Belakang?

Pada 1940, kebanyakan pesawat memiliki sayap lurus. Bahkan pesawat Bell X-1 yang mampu memecahkan hambatan suara untuk pertama kalinya memiliki sayap lurus. Tetapi pesawat bersayap lurus bisa menimbulkan masalah stabilitas ketika akan terbang dengan kecepatan transonik.

Pada 1941, seorang pilot penguji di Lockheed bernama Ralph Virden kehilangan kendalinya atas P-38 Lightning dan meninggal dalam kecelakaan. Hal ini mendorong seorang insinyur bernama John Stack untuk mempelajari aliran udara berkecepatan tinggi.

Udara yang mengalir kencang dari atas sayap menghasilkan daya angkat yang memungkinkan pesawat mengankasa. Namun, Stack menemukan bahwa percepatan ini bisa berarti bahwa perjalanan pesawat lebih lambat dari kecepatan suara dan dapat menghasilkan kantong aliran udara yang bergerak lebih cepat dari kecepatan suara pada sayapnya. Situasi ini menciptakan gelombang listrik. Gelombang listrik mengurangi daya angkat dan menghambat laju pesawat dan menyebabkan Virden kehilangan kontrol atas P-38.

Pada 1951, Bell X-5 mengembangkan pesawat yang dapat mengubah sudut sayapnya di pertengahan penerbangan. Akhirnya, sayap yang miring ke belakang dianggap lebih menguntungkan.

Dengan menarik sayap pesawat ke arah belakang, aliran udara di atas sayap berkurang. Pesawat kemudian dapat terbang lebih cepat tanpa menghasilkan gelombang listrik di sayap dan memberikan kita penerbangan komersial yang aman selama berjam-jam.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.