Penerbangan di Indonesia Perlu Dibenahi, Perlu Mencontoh Eropa

    Pilot senior Garuda Indonesia Capt Widya Satmoko menilai dunia penerbangan di Tanah Air masih butuh pembenahan terus-menerus di berbagai bidang sehingga bisa menuju kondisi ideal seperti di negara-negara maju.

    “Baik bidang sumber daya manusia (SDM), infrastruktur dan lainnya, tentu perlu terus diperbaiki sehingga semakin baik, dan setara dan berkelas dunia,” kata penerbang yang baru menyelesaikan 40 tahun masa pengabdiannya itu di Jakarta seperti dikutip Antara.

    Didampingi alumni Lembaga Perhubungan Udara (LPPU) Curug -kini menjadi Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia (STPI)- angkatan ke-23 Mayjen TNI (Pur) Glenny Kairupan, ia melihat bahwa secara umum dunia penerbangan di Indonesia sedang terus dibenahi oleh pihak berwenang.

    Ia menyebut bahwa dunia penerbangan yang sudah ideal adalah di kawasan Eropa, sehingga bisa dijadikan rujukan untuk melakukan pembenahan dalam dunia penerbangan di Indonesia.

    “Di kawasan Eropa, semua layanan pendukungnya sudah terintegrasi dengan baik,” ucap Ketua Angkatan ke-23 LPPU Curug pada 1975 itu.

    Salah satu yang diberikannya contoh memerlukan pembenahan adalah fasilitas di bandara, seperti perlunya radar untuk lalu-lintas udara, di mana pada bandara di Indonesia belum ada yang bisa mendeteksi perubahan awan.

    Sedangkan pada bidang SDM, kata dia, masih perlu ditambah seperti untuk pemandu lalu lintas udara (Air Traffic Controller/ATC), termasuk bidang terkait di pelayanan bandara, seperti awak kabin, teknisi, petugas darat (ground crew) hingga pengamanan dan lainnya.

    Kepala Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Yuli Sudoso Hastono dalam sebuah seminar nasional pendidikan penerbangan pada 2015 mengungkapkan kebutuhan SDM ke depan terus dibutuhkan.

    Ia mengutip data Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (LPPNPI/Airnav Indonesia) yang menyebutkan kebutuhan SDM sampai dengan 2018 yakni 4.350 orang, sedangkan saat ini hanya 2.889 orang, sehingga terdapar kekurangan 1.461 orang.

    Pada kesempatan itu, ia juga mengakui penyerapan lulusan Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia di maskapai-maskapai nasional masih rendah, dan perusahaan penerbangan nasional lebih suka merekrut pilot asing.

    Sementara itu, mengenai penilaiannya kepada generasi muda yang menggeluti bidang penerbangan, Widya Satmoko memberi penekanan perlunya belajar terus-menerus sehingga bisa memperbarui semua aspek penerbangan dunia yang berkembang pesat.

    “Belajar terus menerus akan membantu kapasitas dan kompetensi agar bisa mengikuti pesatnya perkembangan dunia penerbangan,” tuturnya.

    Sementara itu, Glenny Kairupan menjelaskan bahwa angkatan ke-23 LPPU Curug pada 1975 itu punya keunikan tersendiri karena di dalamnya juga terdapat peserta dari kalangan militer saat itu, khususnya dari perwira Akademi Militer (Akmil) TNI-AD yang baru lulus.

    “Saya dan lima rekan dari TNI-AD dan juga ada dari unsur TNI-AL, saat itu diikutsertakan untuk menjadi peserta pendidikan penerbang untuk kebutuhan Penerbangan TNI AD (Penerbad), yang juga disiapkan untuk membantu kebutuhan tenaga penerbangan sipil jika mengalami kekurangan pilot,” kata Glenny, yang menjabat Danrem 073 Makutarama di Salatiga, Jateng, 1995-1996 itu.

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.