Airbus Uji Pesawat Tanpa Mesin Perlan II

Airbus Uji Pesawat Tanpa Mesin Perlan II

Glider dites untuk menguji setiap aspek dari pesawat saat terbang dalam berbagai kecepatan dan ketinggian serta mencari skenario penerbangan berbeda-beda dalam berbagai kondisi.

Airbus telah menyelesaikan uji terbang pesawat tanpa mesin (glider) pada Sabtu (7/5/2016) lalu sebagai persiapan perjalanan ke batas luar angkasa atau ke lapisan stratosfer.

Glider Perlan II terbang dari bandara di bagian barat Negara Bagian Nevada, Amerika Serikat, mundur dua jam dari yang dijadwalkan akibat hujan turun. Penerbangan hanya berlangsung beberapa menit, bukan 30 menit sampai dua jam seperti yang dijadwalkan. “Pesawat dianggap lebih efisien dalam cuaca kering,” kata kapten pilot Perlan II, Jim Payne.

“Sangat singkat,” kata kepala eksekutif Airbus Group, Tom Enders, yang menjabat sebagai co-pilot, begitu keluar dari cockpit pesawat. “Karena awan, kami tidak bisa melihat lagi jika kami masih berada di atas sana.”

 Airbus Uji Pesawat Tanpa Mesin Perlan II
CEO Airbus Group, Tom Enders (kiri) dan chief pilot Jim Payne (kanan) berdiri dengan glider berawak Airbus Perlan II, sebelum uji terbang.

Penerbangan itu merupakan bagian dari rangkaian tes beberapa bulan terakhir dari daerah pegunungan di timur resor Lake Tahoe, bertujuan untuk menguji seberapa baik sebuah pesawat dan awaknya dapat terbang dalam kondisi yang sama dengan keadaan di Planet Mars, dengan atmosfer yang sangat tipis dan suhu dingin .

Airbus berada di balik Misi Perlan II yang meluncurkan proyek ambisius. Proyek ini bertujuan menguji setiap aspek dari pesawat tanpa mesin untuk terbang pada berbagai kecepatan dan ketinggian serta mencari skenario penerbangan berbeda-beda dalam berbagai kondisi dan getaran.

Perancang pesawat berharap untuk membuktikan bahwa pesawat ringan yang sangat panjang dengan sayap tipis, cukup kuat untuk menahan tekanan intens yang bisa menghancurkan pesawat yang kurang solid.

Pada akhirnya, hanya stabilitas, kecepatan dan efisiensi yang diuji saat penerbangan singkat pesawat terbang di ketinggian 2.130 meter itu.  “Pesawat ini sangat stabil. Kami punya apa yang kami sebut dead beat response, ” kata Payne seperti dikutip Gulfnews.com.

Kondensasi

Perancang Perlan juga membuat simulasi komputerisasi, dan berencana untuk menginduksi getaran frekuensi tinggi ke sayap untuk melihat apakah glider dapat menahan getaran pada tingkat yang aman.

Tom Enders
CEO Airbus Group, Tom Enders duduk di kursi co-pilot saat ia dan chief pilot Jim Payne bersiap-siap uji terbang dengan glider berawak Airbus Perlan II. Kabin ini dirancang untuk bertahan dari tekanan hingga ketinggian 15.000 kaki, menyelamatkan kru dari keharusan memakai jas penerbangan yang tebal.

Ed Warnock, chief executive Perlan Group, mengatakan timnya juga hendak menguji keamanan kru bernapas dengan udara di dalam pesawat itu tanpa kondensasi yang merusak instrumen atau menyebabkan jendela berkabut. “Kami harus mengontrol itu,” katanya.

Proyek Perlan II melibatkan sejumlah ahli kedirgantaraan papan atas dan insinyur penerbangan untuk mengembangkan glider luar angkas. Airbus, yang berharap membangun pesawat yang mampu terbang pada ketinggian di atas yang mereka produksi sekarang, telah mengalokasikan hingga US$4 juta dalam proyek ini. Raksasa produsen pesawat dari Eropa ini menjadi salah satu investor terbesar dalam proyek tersebut.

Glider ini memiliki bentang sayap 90 kaki dengan berat hanya 815 kilogram. Didesain untuk melayang mengikuti berselancar di aliran updraft hingga ketinggian 90.000 kaki di stratosfer atau 27,4 km mdpl. Ini merupakan altitude tertinggi yang bisa dicapai pesawat selama ini.

Pesawat ini siap memecah rekor sebagai pesawat dengan penerbangan tertinggi dalam sejarah pada pertengahan tahun ini. Rekor ketinggian sebelumnya yakni 85.000 kaki pecah pada 1976 oleh SR-71 Blackbird milik Angkatan Udara AS, pesawat pengintai yang dibangun Lockheed.

Proyek Perlan II juga bertujuan untuk mengumpulkan data atmosfer yang berguna dalam memerangi perubahan iklim melalui perjalanan ke tepian luar angkasa.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.