Lanud Gading Gunungkidul Diusulkan Jadi Bandara Perintis

Lanud Gading Gunungkidul Diusulkan Jadi Bandara Perintis
(Foto: wonosari.com)

Pemerintah Kabupaten Gunungkidul, Provinsi DIY,  memiliki mimpi mengoperasikan Landasan Udara (Lanud) Gading, Desa Gading, Kecamatan Playen, Gunungkidul untuk penerbangan perintis. Upaya ini diharapkan mampu mendukung pengembangan potensi pariwisata dan kemaritiman di kabupaten terluas di DIY itu.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Gunungkidul Syarief Armunanto mengatakan, untuk mewujudkan mimpi tersebut, pemkab sudah berkirim surat ke provinsi untuk meminta izin memanfaatkan Lanud Gading. Surat ini dikirim sekitar dua minggu yang lalu, dan untuk sekarang masih menunggu jawaban dari Gubernur DIY. “Ini mimpi kami, tapi untuk mewujudkannya harus mendapatkan restu dari Provinsi,” kata Syarief, Minggu (8/5/2016), seperti dikutip flightzona dari Harian Jogja.

Menurut dia, untuk bisa memanfaatkan lanud sebagai lokasi penerbangan perintis butuh proses dan waktu yang panjang. Selain meminta izin ke provinsi, upaya itu juga harus mendapatkan restu dari TNI Angakatan Udara Republik Indonesia. Sebab, keberadaan landasan udara ini dimiliki bersama antara Provinsi DIY dan TNI AU. “Juga harus meminta izin ke Kementerian Perhubungan. Namun kami berharap bisa memanfaatkannya, apalagi saat ini masih terhitung mangkrak,” ungkapnya.

Pertimbangan untuk memanfaatkan Lanud Gading, selain kondisinya yang kurang terawat, juga karena program besar dari Pemkab untuk meningkatkan pelayanan di bidang kepariwisataan dan sektor perikanan dan kelautan. Syarief meyakini jika upaya tersebut bisa dilakukan, dua sektor ini akan berkembang pesat.

Di satu sisi, kata dia, keberadaan penerbangan perintis bisa mempermudah akses wisatawan ke Gunungkidul, di mana saat musim liburan aksesnya sudah sangat macet. Sedangkan untuk sektor kemaritiman juga bisa menunjang keberadaan Pelabuhan Sadeng, Girisubo. “Keberadaannya bisa saling melengkapi. Misal untuk distribusi hasil perikanan bisa lebih cepat, sehingga bisa menjaga kualitas produk yang dihasilkan,” ungkapnya.

Ditambahkannya, meski wilayah Gunungkidul didominasi kawasan karst, hal ini bukan menjadi masalah. Sebab upaya menjadikan Lanud Gading untuk melayani penerbangan komersial hanya dikhususkan untuk kalayak terbatas dan menggunakan pesawat kecil sejenis ATR. “Memang belum ada kajian lebih detail karena ini masih tahap awal. Namun keberadaannya yang sudah digunakan untuk pendaratan pesawat TNI, sekiranya itu sudah menjadi bukti dan tidak menjadi masalah digunakan untuk pendaratan pesawat jenis ATR,” katanya.

Sebelumnya, untuk mengurangi kepadatan penerbangan di Bandara Adisucipto Jogja yang dinilai sudah overload, pemerintah berencana menfungsikan Bandara Gading di Gunungkidul sebagai tempat latihan terbang militer TNI AU. Pemanfaatan Bandara Gading akan dilakukan jika perbaikan dan pembangunan fasilitas pendukungnya selesai dilakukan. Jika itu terjadi, maka kepadatan latihan latihan terbang militer di Adisucipto bisa terkurangi setidaknya 50%.
Dalam satu hari ada lebih 100 kali penerbangan militer dan 80 kali penerbangan sipil yang ada di Bandara Adisutjipto. Dengan kondisi tersebut, trafik penerbangan di bandara sudah sangat padat padahal luas bandara sangat sempit.

Kapasitas maksimal Bandara Adisutjipto Jogja pertahun seharusnya hanya untuk 1,2 juta penumpang, namun pada 2014 lalu, tercatat sudah ada sebanyak 6,2 juta penumpang atau lebih dari lima kali lipat dari kapasitas ideal. Akibatnya, banyak terjadi penerbangan yang delay dan penumpang pun acap menumpuk di bandara.
Untuk solusi jangka panjang, bandara ini akan dipindahkan ke bandara internasional di Kulonprogo yang saat ini sedang proses pengerjaan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.