KECELAKAAN PESAWAT : Selain Pilot Germanwings, 5 Pilot Frustasi Ini Nekat Bunuh Diri

Para sukarelawan sedang mengevakuasi sisa sisa keselakaan pesawat Germanwings.

 Di Amerika Serikat, setidaknya, 44 pilot melakukan upaya bunuh diri dalam 30 tahun terakhir dengan cara sengaja menabrakkan pesawat kecil mereka. Semua pelaku adalah laki-laki, dan yang paling sering menjadi alasan adalah karena putus cinta, menurut laporan Dewan Nasional Keselamatan Transportasi AS (NTSB).

Kecelakaan pesawat terbaru karena kesengajaan oleh pilot dialami pesawat Germanwings nomor penerbangan 9525 di Pegunungan Alpen Prancis pada tanggal 24 Maret 2015. Data transponder menunjukkan bahwa autopilot diprogram oleh seseorang di dalam kokpit untuk mengubah ketinggian pesawat dari 38.000 kaki sampai ke ketinggian 100 kaki. Perhatian difokuskan pada kopilot berusia 27 tahun, Andreas Lubitz, yang tampaknya mengunci diri di kokpit dan sengaja menjatuhkan pesawat.

Berikut lima Pilot yang sengaja bunuh diri bersama pesawat mereka

Herminio dos Santos Fernandes, LAM Mozambique Airlines (2013)

Pesawat bernomor penerbangan TM470 ini tengah terbang menuju Angola pada 29 November 2013, sebelum jatuh menghujam rawa di Taman Nasional Bwabwata Namibia. Sebanyak 33 orang penumpang tewas.

Kapten Herminio dos Santos Fernandes diketahui memanipulasi autopilot dengan maksud untuk menurunkan pesawat. Ia mengunci dirinya di dalam kokpit dan mengabaikan sinyal peringatan. Dalam beberapa menit, ketinggian pesawat secara manual berubah tiga kali dari 38.000 kaki menjadi 592 kaki di bawah permukaan tanah. Motif pilot hingga kini masih belum diketahui.

Brian J. Hedglin, St. George Municipal Airport (2012)

Pada tahun 2012, pilot Brian J. Hedglin mencuri sebuah pesawat Skywest saat ia sedang dicari karena dicurigai membunuh mantan kekasihnya. Hedglin, saat itu berusia 40 tahun, membawa pesawat kosong namun upaya menerbangkannya gagal karena roda pendaratan rusak.

Pesawat bergerak liar menabrak pagar dan menyeruduk enam mobil. Bukti menunjukkan bahwa sementara pesawat itu bergerak, Hedglin meninggalkan kokpit, memasuki kabin dan menembak dirinya sendiri.

Hedglin adalah tersangka dalam pembunuhan mantan pacarnya. Christina Cornejo, 39 tahun, ditemukan tewas dengan beberapa luka tusukan di kediamannya di Colorado Springs.

Tsu Way Ming, SilkAir (1997)

SilkAir dengan nomor penerbangan MI185 lepas landas dari Jakarta, pada pukul 15.23, 19 Desember 1997, menuju Singapura. Cuaca sangat bagus dan pesawat yang dioperasikan adalah pesawat baru.

Saat pesawat mencapai ketinggian jelajah 35.000 meter di atas pulau Sumatera, tiba-tiba pesawat menukik turun dengan kecepatan supersonik, menewaskan 104 orang di dalamnya.

Pesawat menghantam air dengan kekuatan sedemikian rupa sehingga bagian terbesar dari reruntuhan yang ditemukan adalah potongan badan pesawat sepanjang 10 meter. Perekam suara kokpit dan perekam data penerbangan diketahui telah berhenti bekerja sebelum pesawat mulai terjun bebas.

NTSB yang berpartisipasi dalam penyelidikan menyimpulkan adanya manipulasi yang disengaja dari kontrol penerbangan, kemungkinan besar oleh Kapten Tsu Way Ming.

Penyidik menemukan ia memiliki masalah keuangan. Sesaat sebelum kecelakaan itu, ia telah mengatur polis asuransi untuk melindungi istri dan tiga anak mereka dari keharusan untuk membayar saldo hipotek rumah mereka jika terjadi kematian atau cacat tetap.

Younes Khayati, Royal Air Maroc (1994)

Putus cinta menyebabkan Younes Khayati melakukan penerbangan bunuh diri yang menewaskan 44 penumpang pesawat Royal Air Maroc nomor penerbangan 630 pada 12 Desember 1994.

Kopilot pada penerbangan itu mengirim sinyal marabahaya namun tidak mampu menghentikan rekannya melakukan upaya bunuh diri.

Sebuah pernyataan oleh komisi investigasi menyebut Khayati sengaja mematikan autopilot dan mengarahkan pesawat ke tanah. Pesawat menabrak Pegunungan Atlas 10 menit setelah lepas landas dari kota Agadir menuju Casablanca. Korban tewas termasuk seorang warga AS, seorang pangeran Kuwait, dan delapan warga Italia.

EgyptAir 990 (1999)

Hingga kini masih belum jelas apa yang sebenarnya terjadi ketika EgyptAir bernomor penerbangan 990 yang jatuh ke Laut Atlantik pada tanggal 31 Oktober 1999, menewaskan 218 orang. Sebuah penyelidikan berikutnya oleh NTSB menyimpulkan bahwa penyebab kecelakaan dalam penerbangan dari Los Angeles ke Kairo itu adalah akibat tindakan yang disengaja oleh pilot. Namun investigasi oleh Mesir atas insiden tersebut menemukan bahwa kecelakaan itu disebabkan oleh kegagalan mekanik.

Salah satu dari dua pilot pada penerbangan itu, Gamil el Batouti, memegang kendali tunggal pesawat sesaat sebelum pesawat jatuh. Berdasar rekaman suara, pilot lain, Kapten el Habashy, berusaha keras untuk menaikkan kembali ketinggian pesawat, namun upayanya digagalkan oleh el Bataouti. “Saya menyerahkan hidup saya di tangan Tuhan,” katanya sebelum mematikan mesin pesawat.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.