Mayoritas Maskapai Penerbangan di Dunia Belum Ramah Anak

Mayoritas Maskapai Penerbangan di Dunia Belum Ramah Anak

Secara keseluruhan industri penerbangan mulai pulih setelah beberapa tahun menghadapi gejolak perekonomian dunia. Namun saat dihubungkan dengan anak-anak, industri ini masih tertinggal jauh dari industri perhotelan.

Pada 27 Mei 2015, seorang musisi Kanada bernama, Sarah Blackwood menghebohkan penerbangan United Airlines setelah bayinya berusia 23 bulan merengek saat pesawat bersiap lepas landas. Meski akhirnya mampu menenangkan bayinya, Sarah Blackwood yang juga tengah hamil tujuh bulan tetap diminta meninggalkan pesawat. Setelah pesawat kembali ke landasan, pihak maskapai meminta Sarah Blackwood untuk turun.

SkyWest Airlines yang mengoperasikan penerbangan di Inggris mengatakan, Sarah Blackwood diminta meninggalkan pesawat karena gagal membuat bayinya tenang sesaat sebelum lepas landas. Selain insiden Sarah Blackwood, ada peristiwa lain lebih ekstrem yang melibatkan maskapai penerbangan dengan anak-anak.

penerbangan ramah anak3

Pada 11 Mei, masih pada tahun yang sama, penumpang United Airlines bernama Donna Beegle dan keluarganya diminta turun dari pesawat. Maskapai menolak Donna Beegle yang membawa anaknya yang menyandang autis karena dikhawatirkan mengganggua kenyamanan penumpang lain.

Kisahnya dimulai saat Donna Beegle mengatakan kepada pramugari bila putrinya, Juliette, mungkin terlihat frustrasi jika tidak diberikan makan. Ketika itu, Donna Beegle meminta pramugari maskapai memberikan Juliette makanan hangat.

Meski telah disediakan makanan hangat, saat makan, Juliette terus berada dalam pengawasan awak kabin. Akhirnya, pilot memutuskan untuk mendarat darurat dan meminta Donna Beegle beserta keluarganya turun dari pesawat dibantu pengawalan polisi bandara.

Lebih ke belakang lagi, seorang wanita di Australia diduga dikeluarkan dari penerbangan Virgin Australia pada Maret 2015 karena menyusui bayinya yang berusia sepuluh bulan. Melihat sejumlah kasus tersebut, George Hobica dari Airfare Watchdog mengatakan, ketegangan yang melibatkan anak-anak dan maskapai penerbangan merupakan fenomena baru.

Penerbangan ramah anak1

“Pramugari memiliki tingkat stres tinggi, sedangkan awak kabin lain kurang toleran terhadap perilaku penumpang. Sayangnya, beberapa orangtua juga kurang bersedia mengintrospeksi perilaku mereka,” ujar George Hobica seperti dikutip Totaltravel.

Mayoritas Maskapai Penerbangan di Dunia Belum Ramah Anak
Ilustrasi lelucon pramugari melempar keluar anak-anak. (NYTimes)

Bukan rahasia bila bepergian naik pesawat dengan anak-anak bisa menjadi pengalaman yang membuat stres dan menguras uang di dompet. Misalnya, biaya bagasi untuk semua anggota keluarga cukup membuat penumpang memutar otak dalam menghemat anggaran perjalanan.

Belum lagi biaya tambahan ketika ingin memesan empat kursi satu baris untuk keluarga. Bagaimana pun juga tidak ada penumpang yang ingin duduk terpisah dari anggota keluarganya selama penerbangan.

“Ada begitu banyak kursi yang tersedia, tetapi untuk mendapatkan empat kursi bersama-bersama tanpa membayar biaya tambahan hampir tidak pernah terdengar. Karenanya, sebuah maskapai penerbangan bukanlah tempat yang ramah untuk keluarga,” keluh Joe Brancatelli dari JoeSentMe.com.

Menurut Joe Brancatelli, secara keseluruhan industri penerbangan memang mulai pulih setelah beberapa tahun menghadapi gejolak perekonomian dunia. Namun, Joe Brancatelli mengatakan, ketika dihubungkan dengan anak-anak, industri penerbangan masih tertinggal jauh dari industri perhotelan.

Resort dan hotel, ujarnya, kini banyak yang telah memiliki program klub untuk anak-anak dan menu makanan khusus bagi anak-anak. “Maskapai penerbangan sebenarnya juga mempunyai itu semua, tetapi anak-anak bukan prioritas mereka,” kata dia.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.