Foto Pramugari Compang-camping Hiasi Wajah Brussels Usai Ledakan Bandara

Foto Pramugari Compang-camping Hiasi Wajah Brussels Usai Ledakan Bandara

Beberapa saat setelah serangan di Bandara Brussels pada 22 Maret, sebuah gambar wanita dengan jaket kuning compang-camping dan pandangan seperti orang terguncang, dengan darah mengalir dari keningnya, beredar luas di media massa di Belgia.

Diunggah ke media sosial, foto itu langsung viral, dibagikan ke jutaan orang karena dianggap gambar dramatis yang mampu menggambarkan sisi horor dari serangan teroris di bandara itu.

Wanita itu teridentifikasi bernama Nidhi Chaphekar, seorang pramugari maskapai penerbangan India, Jet Airways. Ia harus dirawat di rumah sakit di ibu kota Belgia tersebut akibat luka yang diderita.

Chaphekar, 45, adalah salah satu dari dua anggota awak Jet Airways yang terluka dalam serangan teroris Brussels di Bandara Internasional Zaventem.

Juru Bicara Jet Airways mengatakan, Chaphekar langsung dilarikan ke rumah sakit untuk dirawat pascakejadian.

“Dia sedang menunggu untuk boarding penerbangan Brussels ke Newark pada 10.15 waktu setempet. Dia adalah kru kabin kami,” kata juru bicara itu.

Sementara itu, sebuah sumber mengatakan kepada surat kabar The Sun, pramugari malang itu kini dalam kondisi yang sudah membaik namun masih terguncang.

Adapun rekan Chaphekar sesama kru kabin Jet Airways, Amit Motwani, menderita cedera mata akibat pemboman tersebut.

Ketevan Kardava, wartawan 36 tahun yang mengambil foto Chaphekar, mengatakan kepada majalah Time, saat itu dia sedang berada di ruang keberangkatan dari bandara Brussels ketika ledakan pertama terjadi. Ledakan itu terjadi satu setengah meter dari tempat dia berdiri.

Kardava, yang bekerja untuk Lembaga Penyiaran Umum di Georgia, segera meraih kamera di tengah kaca dan puing-puing yang berserakan di sekitarnya. “Saya sangat terkejut. Itu insting [seorang wartawan],” katanya.

“Semua orang berlumuran darah. Beberapa dari mereka kehilangan kaki mereka. Semua dari mereka,” katanya. “Saya terus melihat kaki saya dan tangan saya gerakkan untuk meyakinkan diri tangan saya masih bisa berfungsi.”

Kardava mengaku, saat itu ia berteriak memanggil dokter untuk membantu korban yang berlumuran darah di sekitarnya, tapi tidak ada satu orang dokter atau petugas medis yang datang. “Apa yang Anda lakukan dalam situasi ini jika Anda seorang jurnalis? Membantu korban? Minta bantuan medis? Atau mengambil foto?” katanya.

Sebagai jurnalis, kata dia, “Pada saat itu, saya langsung menyadari perang saya di situ adalah untuk menunjukkan kepada dunia apa yang terjadi pada saat itu di tempat itu. Terjadi teror, dan foto itu lebih penting.”

“Anda tahu? Orang-orang yang saya foto, mereka tidak mampu berjalan dan saya tidak dapat membantu mereka. Itu sangat sangat sulit bagi saya ketika harus meninggalkan mereka untuk mengambil foto lainnya.” (SUMBER: 9news.com.au, FOTO: Guardian)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.