Jika Terbang ke Eropa, MD-82 Airfast Bakal Keok Lawan Airbus & Bombardier

McDonnell Douglas MD-82, scandinavian air

Meski tidak dicekal mengudara ke Benua Biru, bukan berarti langkah bisnis Airfast Indonesia bakal mudah. Jika masih mengandalkan armada McDonnell Douglas MD-82 bisa jadi biaya operasional bakal membengkak.

Sejak 26 Januari 2016, penerbangan Airfast Indonesia yang menggunakan Air Operator Certificate (AOC) 121 untuk jenis pesawat berkapasitas lebih dari 70 kursi dilarang terbang di Indonesia karena maskapai itu telah memalsukan surat izin persetujuan terbang. Seperti diketahui, dalam operasional Airfast Indonesia, AOC 121 dioperasikan dengan pesawat McDonnell Douglas MD-82 dan Boeing 737-200.

Padahal, sebelumnya, Juni 2015, Komite Keselamatan Penerbangan Uni Eropa merilis lima maskapai Indonesia yang tidak termasuk dalam daftar maskapai yang dicekal masuk ke Eropa. Daftar itu hingga kini belum berubah. Airfast Indonesia salah satu yang menikmati privelege terbang di langit Eropa.

Meski tidak dicekal mengudara ke Benua Biru, bukan berarti langkah bisnis Airfast Indonesia bakal mudah. Jika masih mengandalkan armada McDonnell Douglas MD-82 maka bisa jadi biaya operasional bakal membengkak.

Untuk ukuran efisiensi pesawat zaman sekarang, MD-82 jelas lewat. Untuk jenis pesawat lorong panjang berbadan sempit seperti ini, kebanyakan maskapai jelas-jelas lebih memilih Airbus A320 atau Bombardies C-100. Kedua seri terakhir memang lebih tepat dibandingkan dengan MD-82 dari sisi bentuk dan kapasitasnya. Hanya MD-82 lebih tua secara teknologi mesin.

Dalam spesifikasinya, MD-82 memakai mesin JT8D (termasuk tua untuk pesawat modern). Konsumsi bahan bakar kalah efisien jika dibandingkan Boeing 737 Next Generation atau Airbus A320.

Sebagai contoh, MD-80 membakar 1.050 galon BBM per jam pada penerbangan normal, sedangkan Boeing 737-800 hanya membakar 850 galon BBM per jam normal (19% penghematan).

Sehingga, beberapa operator besar seperti American Airlines, Delta Air Lines, Scandinavian Airlines (SAS), dan Alitalia berangsur-angsur memensiunkan MD-80 dan beberapa variannya dan menggantinya dengan Boeing 737NG atau Airbus A320. Di Indonesia, Lion Air memutuskan memensiunkan bertahap MD-80 dan menggantikannya dengan Boeing 737-900ER mulai tahun 2007 lalu.

Sementara Airbus A320 menggunakan bahan bakar 50% lebih sedikit daripada Boeing 727 dan 737. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Stockholm Environmental Institute, A320 membakar 11.608 kilogram bahan bakar jet dalam penerbangan antara Los Angeles dan New York City, yang berkisar 77,4 kilogram per penumpang dalam sebuah A320 dengan 150 kursi.

Pesaing lainnya, Bombardier C Series. Jet berbadan sempit, bermesin ganda ini dibuat untuk menyaingi Boeing 737, Airbus A320, dan Embraer 195, di mana Bombardier Aerospace mengklaim pesawat ini lebih hemat bahan bakar 20% dibanding pesawat sekelasnya.

Baca Juga:

Tak Boleh Terbang di Indonesia, Airfast Malah Bebas Mengangkasa di Eropa

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.