Airbus A380 Dihadapkan pada Tantangan Mesin Baru

    Divisi pembuatan pesawat sipil di Airbus sudah tidak menerima pesanan pembuatan pesawat superjumbo A380 selama dua tahun terakhir. Harga pesawat tersebut mencapai US$428 juta atau sekitar Rp5,9 triliun. Namun, harga yang sangat mahal tersebut diduga bukan penyebab tak lakunya Airbus A380.
    Problem terbesar adalah karena Airbus hanya punya satu pelanggan untuk pesawat tersebut, yakni Emirates. Sementara, maskapai asal Uni Emirat Arab itu ingin Airbus menggunakan mesin anyar di pesawat.
    Mesin yang baru dapat memenuhi kebutuhan pesanan 200 pesawat dari Emirates dan beberapa pesawat pesanan Qatar Airways yang sekarang punya enam A380 yang sudah beroperasi dan dua lagi yang sedang dipesan.
    Pada caturwulan ketiga tahun ini, Airbus menyatakan A380 berkontribusi positif terhadap keuangan perusahaan. Airbus menargetkan bisa balik modal pada akhir 2015. Perusahaan yang berbasis di Toulouse, Prancis tersebut sudah merampungkan pesanan 24 pesawat pada akhir November dan pengiriman A380 ke pelanggan akan berlangsung hingga 2017.
    Meskipun A380 merupakan pesawat paling mahal, potensi keuantungan yang diperoleh dari burung besi superbesar itu cukup besar. Penyebabnya, daya tampung A380 mencapai 600 penumpang.
    Pesawat dengan empat mesin itu juga tidak memakan biaya operasional sebesar Boeing 777-300ER. Pertanyaan saat ini adalah apakah Airbus akan memasang mesin baru di A380 atau tidak. Jika Airbus memutuskan untuk tidak melakukannya, keputusan itu bisa berarti akhir dari produksi jet superjumbo.

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.