Anak Tukang Kayu ini Berjuang Membuat Helikopter di Halaman Gubugnya

Hendrick Chebanga, anak seorang tukang kayu dari Zimbabwe ini telah menjadi pembicaraan warga desa Dilopye, dekat Hammanskraal di Gauteng, yang menyebutnya sebagai “manusia helikopter’

Dengan menggunakan lembaran besi bekas dan barang-barang sisa lainnya Chebanga yang berusia 30 tahun tersebut membangun sebuah replika helikopter polisi yang sekilas sangat mirip dengan helikopter aslinya.

“Saya selalu terpesona dengan teknik dan saya biasa menghasilkan uang saku dengan membangunkan replica mobil untuk teman-teman saya. Impian saya adalah belajar teknik tapi orang tua saya tidak punya uang jadi saya mengemasi tas saya dan menuju ke Afrika Selatan setelah matriculating di 2005, ” kata Chebanga.

Dia kemudian mulai membangun dan menjual replica mobil dengan menggunakan besi bekas, yang memungkinkannya untuk bertahan hidup. Tetapi mimpinya lebih besar dari sekadar membuat mainan, dia ingin dan mulai merancang sebuah helikopter.

Bekerja 12 jam sehari selama delapan bulan di halaman belakang gubuknya, Chebanga menghasilkan helikopter setinggi 1,5 m yang dicat dengan warna biru dan putih  lengkap dengan lambang polisi Afrika Selatan di bagian depan.

Untuk panel instrumen ia menggunakan speedometer yang dibuang dan sebuah telepon menyerupai radio untuk membuat kokpit terlihat seperti nyata. “Saya bahkan memasang lampu biru dan sirene polisi,” katanya.

Chebanga tampaknya memang mengagumi profesi polisi, terbukti banyak mobil dan motor mainan juga dibangun dengan gaya kendaraan polisi.

Pada akhir setiap bulan Chebanga membawa helikopter dengan sebuah trailer  ke jalan utama Soshanguve ke Hammanskraal, di mana ia meletakkannya  dan memungkinkan orang untuk mengambil foto.

Uang tunai yang dimilikinya dari pamerannya telah diperuntukkan untuk pembelian mesin, yang menurutnya akan menelan biaya sekitar R6000.

Dia mengatakan bahwa helikopter prototipenya tidak cukup kuat untuk terbang tetapi begitu dia mengumpulkan cukup uang untuk membeli mesin, dia akan membangun versi yang layak terbang.

“Helikopter itu dipajang di perguruan tinggi Pretoria West, tetapi saya harus membawanya kembali karena orang-orang di sini mengeluh dan mengatakan  mereka menginginkan helikopter mereka kembali,” kata Chebannga.