Airport di Masa Depan (2): Robot

Bulan Juli lalu, pemerintah Australia mengumumkan investasi sebesar 17,5 juta dollar AS untuk mengenalkan teknologi pengenalan wajah di semua bandara internasional negara tersebut. Ini bukan investasi yang murah, tetapi harus dilakukan karena bandara-bandara semakin penuh sesak. Salah satu jalan keluar, dan barangkali paling murah, justru adalah dengan menekan lama tinggal penumpang di bandara. Artinya, dengan pelayanan lebih cepat, penumpang hanya perlu sebentar di bandara. Dengan demikian, ada lebih banyak penumpang bisa dilayani dalam 24 jam.

Robot kini juga menjadi bagian dari perubahan di banyak bandara. Robot telah muncul di sejumlah bandara utama, termasuk di Incheon Seoul. Disini mereka melaksanakan berbagai tugas termasuk membersihkan dan membawa barang bawaan, sementara terminal baru Changi akan dilengkapi dengan robot pembersih lengkap dengan seragam pelayan.

Layanan check-in dan pencetakan boarding pass sudah umum dilakukan, dengan banyak orang mencetak tiket mereka di rumah atau di kios bandara, dan beberapa bandara hub sekarang memperkenalkan pusat layanan drop bagasi mandiri.

Layanan ini, memungkinkan penumpang untuk mencetak dan memberi tag bagasi mereka dan kemudian mengirimkannya ke ban berjalan. Sistem mandiri ini sudah tersedia di bandara hub di Australia, Hong Kong, London Heathrow dan Schiphol Amsterdam.

Bandara juga terus berupaya merombak citra mereka sebagai tempat yang melelahkan. Changi sedang membangun kompleks terminal baru yang disebut Jewel, sebuah bangunan bertingkat 10 yang penuh dengan toko-toko dan restoran yang intinya akan menjadi air terjun dalam ruangan sepanjang 40 meter yang dikelilingi oleh taman dalam ruangan. Kompleks ini akan membuat bandara lebih mirip pusat perbelanjaan daripada terminal hub, dan ditujukan untuk menarik minat penumpang transit. “Mereka melihat keuntungan ritel dan non aeronautika,” kata Shukor Yusof, seorang analis penerbangan dari Endau Analytics.

Bandara JFK di AS berharap dapat memperbaiki layanan dengan rencana pembangunan kembali senilai 10 miliar dollar AS. Schiphol dari Amsterdam ingin menjadi bandara digital terdepan di dunia pada 2019, dan telah menguji pemindai barang bawaan yang memungkinkan penumpang menyimpan cairan dan laptop di tas mereka. Belanda juga melirik teknologi biometrik.