JAL, Kapal Karam yang Kembali Berlayar

    Setelah hampir ambruk 7 tahun lalu, Japan Airlines (JAL) akhir bulan Juli 2017 melaporkan kenaikan laba bersih kuartal. Maskapai meraih untung karena penjualan tiket di dalam dan di luar negeri, mereka bahkan berani merevisi perkiraan keuntungan dalam setahun ke depan.

    JAL dulu adalah symbol kebangkitan ekonomi Jepang. Setelah kalah dalam Perang Dunia II, ekonomi Jepang sempat ambruk dalam beberapa tahun. Tetapi semangat juang orang Jepang tidak pernah luntur. Jika sebelumnya berperang memakai senjata, sejak kekalahan itu mereka bergerak di ekonomi. Jepang pun mengalami lonjakan pertumbuan yang luar biasa hanya sekitar 10 tahun sesudah perang.

    Ekonomi yang mapan membuat orang kaya di Jepang naik jumlahnya. Duit ada, mereka butuh jalan-jalan. Hingga kemudian JAL didirikan sebagai salah satu monumen kesuksesan itu. Orang Jepang sejak itu adalah wisatawan yang aktif ke seluruh penjuru dunia. JAL tumbuh seiring ekonomi domestik yang  meroket.

    Tapi, sebuah gelombang menerpa sekitar tahun 2010. Begitu buruk kondisi JAL ketika itu bahkan sampai pemerintah perlu menyuntikkan dana segar ke dalam perusahaan ini. Manajemen baru JAL melakukan banyak perbaikan, seperti menghapus rute yang tidak produktif dan mengurangi biaya operasional. Hanya dua tahun kemudian, maskapai ini sudah kembali terhubung ke bursa Tokyo dan terus tumbuh dengan stabil.

    Dan tahun ini, JAL dengan bangga menyatakan bahwa laba bersih mereka naik 32,9 persen menjadi 19,6 miliar yen  atau 177 juta dollas AS untuk April, Mei dan Juni. Pendapatan untuk periode yang sama meningkat 5,9 persen menjadi 314,8 miliar yen. Maskapai ini bahkan berani meningkatkan perkiraan keuntungan dalam setahun. Mereka memproyeksikan keuntungan 108 miliar yen untuk tahun fiskal sampai Maret 2018, naik dari perkiraan sebelumnya yang 100 miliar yen. Penjualan tahunan mereka saat ini adalah 1,348 triliun yen.

    “Pendapatan konsolidasi dalam satu tahun diperkirakan akan meningkat , karena pendapatan dari penumpang internasional, permintaan penumpang dalam negeri, dan permintaan kargo lebih tinggu dari perkiraan yang sudah kami tetapkan untuk kuartal pertama,” demikian pernyataan resmi JAL untuk media.

    Naiknya pendapatan juga disebabkan oleh harga bahan bakar yang di bawah perkiraan. JAL juga melakukan upaya terus-menerus untuk meningkatkan efektivitas biaya sepanjang tahun.

    “Penerbangan  internasional diperkirakan akan tetap besar untuk saat ini karena adanya peningkatan slot pendaratan menjelang Olimpiade 2020 di Tokyo,” kata Hiroshi Hasegawa, seorang analis di SMBC Nikko Securities di Tokyo.