Larangan Bawa Laptop ke Pesawat Kemungkinan Terkait Serangan Navy SEAL ke Yaman

Seperti dilaporkan Amerika Serikat dan Inggris memberlakukan pembatasan alat elektronik tertentu di kabin pesawat dari sejumlah bandar udara di negara mayoritas Muslim di Timur Tengah dan Afrika Utara untuk menanggapi ancaman keamanan, yang tidak disebutkan.

Apa alasan aturan ini tiba-tiba muncul? Sebuah bocoran yang didapat media menyebutkan hal ini terkait dengan serangan Navy SEAL ke Yaman  28 Januari lalu.

Wartawan Jana Winter dan Clive Irving mengutip sumber intelijen dalam  laporan  di Daily Beast mengatakan  “Informasi dari serangan itu menunjukkan keberhasilan pengembangan Al Qaeda untuk membangun bom kecil, bom seuikuran baterai  dalam laptop atau perangkat lain diyakini cukup kuat untuk menjatuhkan pesawat terbang, kata sumber tersebut.”

Winter dan Clive tidak menyebutkan nama sumber  laporan mereka. Tetapi ini merupakan praktik yang memang sesekali dilakukan  komunitas intelijen untuk sengaja “membocorkan ” laporan untuk publikasi,  kemudian mengukur respons masyarakat terhadap kebocoran untuk membuat keputusan tambahan.

Sebagaimana dilaporkan Departemen Keamanan Dalam Negeri Amerika Serikat mengatakan bahwa penumpang dari sejumlah bandar udara tertentu tidak bisa membawa perangkat elektronik lebih besar daripada telepon genggam, seperti, tablet, pemutar DVD jinjing, komputer jinjing dan kamera ke kabin pesawat.

Sebaliknya, barang tersebut harus berada di bagasi. Meskipun kelompok kebebasan warga mengangkat kekhawatiran bahwa Presiden Amerika Serikat Donald Trump berupaya menerapkan pembatasan lain pada perjalanan setelah pelarangan perjalanan dari negara berpenduduk sebagian besar Muslim ditentang di pengadilan, Inggris mengambil langkah serupa.

Juru bicara Perdana Menteri Inggris Theresa May mengatakan akan ada pembatasan pada barang-barang elektronik di kabin pada penerbangan dari enam negara di Timur Tengah. Kantor luar negeri mengatakan langkah itu akan dilaksanakan mulai 25 Maret.

Langkah itu dipicu oleh laporan bahwa kelompok-kelompok militan ingin menyelundupkan bahan peledak di dalam peralatan elektronik.